kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45997,15   3,55   0.36%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Adu balap OJK dan BI di inklusi keuangan


Jumat, 27 Mei 2016 / 11:05 WIB
Adu balap OJK dan BI di inklusi keuangan


Reporter: Arsy Ani Sucianingsih, Nina Dwiantika | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Perbankan bakal semakin leluasa memburu nasabah baru. Ini setelah Bank Indonesia (BI) akan membuka pintu lebar bagi perbankan menggarap layanan keuangan digital (LKD).

Bak pinang dibelah dua, layanan yang acap disebut sebagai layanan branchless banking ini mirip dengan layanan keuangan tanpa kantor dalam rangka keuangan inklusif (laku pandai) di bawah supervisi pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Yang membedakan cuma status duit nasabah.

LKD di bawah otoritas BI berbasis layanan digital yakni uang elektronik (e-money). Adapun laku pandai berbasis rekening, dan di bawah supervisi OJK. Bank sentral akan menggeber LKD tahun ini.

Bulan Juni nanti, BI akan merilis revisi aturan main LKD. Lewat revisi ini, BI memberi memperluas bank yang bisa ikut membuka layanan keuangan digital. Jika saat ini, hanya bank-bank besar yang bisa terlibat dalam LKD, BI akan memberi kesempatan bank-bank lain.

"Kami memprioritaskan bank milik pemerintah daerah ikut LKD," kata Pungky Wibowo, Direktur Program Elektronifikasi dan Keuangan Inklusif BI, Kamis (26/5).

Kelak, bank pembangunan daerah (BPD) bisa merekrut agen LKD dengan memanfaatkan merchant tradisional dan badan usaha milik desa. Revisi aturan LKD akan menaikkan plafon uang elektronik agar nasabah dapat bertransaksi dalam jumlah lebih besar tinggi.

Saat ini, plafon e-money sebesar Rp 1 juta untuk yang tak terdaftar, dan Rp 5 juta untuk yang terdaftar.

Gubernur BI Agus D.W Martowardojo menambahkan, agen LKD saat ini berjumlah 84.000 agen, termasuk agen berbadan hukum dan individual (lihat tabel). BI memprediksi, akan ada tambahan 300.000 agen hingga akhir tahun pasca revisi aturan.

Tak mau kalah, OJK juga gencar menggarap laku pandai. Tahun ini, ada 19 bank yang mendaftar laku pandai. Dengan tambahan ini, OJK berharap mampu mencetak 300.000 agen bank, dari realisasi tahun lalu yang baru mencapai 25.000 agen.

Dari kombinasi tersebut, total dana pihak ketiga (DPK) yang bisa terkumpul dari program ini hingga akhir 2016 bisa mencapai Rp 2,6 triliun. Target ini sendiri terhitung sangat besar.

Sebagai gambaran, di akhir 2015, DPK yang terkumpul dari program laku pandai baru Rp 41,3 miliar. Meski hampir sama, Pungky tak melihat dua produk ini bersaing satu sama lain. "BI dan OJK akan terus melakukan sinergi untuk financial inclusion," kata Pungky.

Sekretaris Perusahaan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Hari Siaga bilang, agen BRI malah ada yang bisa sekaligus menjalankan dua program itu. Agen LKD BRI lebih banyak bergerak di perkotaan.

Adapun Direktur Utama Bank Mandiri, Kartika Wirjoatmodjo bilang, kedua program sangat bermanfaat dan membantu masyarakat yang belum pernah berhubungan dengan bank.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×