kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Aliran kredit korporasi sulit tumbuh tinggi


Senin, 16 Oktober 2017 / 14:39 WIB
Aliran kredit korporasi sulit tumbuh tinggi


Reporter: Galvan Yudistira, Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank membukukan pertumbuhan kredit korporasi hingga dua digit per September 2017. Meski demikian, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai permintaan masih cukup lemah, sehingga secara industri, pertumbuhan kredit korporasi perbankan di tahun ini sebesar dua digit diprediksi sukar terealisasi.

Aslan Lubis, Analis Eksekutif Departemen Pengembangan Pengawasan dan Management Krisis OJK mengatakan, kredit korporasi sampai akhir tahun diperkirakan tumbuh satu digit. "Secara total mungkin kredit hanya tumbuh satu digit, begitu pun sektor korporasi," terang Aslan kepada KONTAN, Minggu (15/10).

Bank BUMN yang sudah melaporkan kinerja kuartal III 2017 yakni PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), mencetak penyaluran kredit korporasi senilai Rp 99,61 triliun atau tumbuh 11,7% per September 2017. Cuma, segmen korporasi juga menjadi penyumbang porsi hapus buku (write off) terbesar BNI yakni sebanyak 30,7%.

Kredit korporasi BNI hingga September 2017 menyumbang porsi 51% dari total penyaluran kredit. Menyusul kredit segmen kelas menengah dengan kontribusi sebanyak 29,61% dari total kredit.

Herry Sidharta, Wakil Direktur Utama BNI menuturkan, peningkatan kredit korporasi ini didukung kredit infrastruktur yang tumbuh 18,7%. "Kredit infrastruktur terutama didorong industri listrik, jalan tol, dan konstruksi baik BUMN maupun non BUMN," terang Herry kepada KONTAN, Minggu (15/10).

BNI memproyeksikan sampai akhir tahun pertumbuhan kredit korporasi berkisar 15% secara tahunan, yang ditopang bisnis infrastruktur. "Beberapa infrastruktur yang menopang kredit korporasi sampai akhir tahun adalah kelistrikan dan jalan tol," imbuh Herry.

Saat ini, komposisi kredit korporasi BNI mayoritas disumbang dari sektor perkebunan, infrastruktur, listrik gas dan air, dan manufaktur. Sedangkan dari sisi pertumbuhan, paling tinggi mengalir le sektor perdagangan restoran dan hotel, lalu infrastruktur, serta konstruksi dan listrik gas dan air.

Swasta pesimistis

Berbeda dengan bank pelat merah yang masih mencatat realisasi cukup baik di kredit korporasi, beberapa bank swasta memperkirakan penyaluran kredit ke sektor ini masih sulit tumbuh. Semisal PT Bank Permata Tbk yang memproyeksikan pertumbuhan kredit korporasi belum terlalu kencang sampai akhir tahun mendatang.

"Masih agak soft sepertinya," ujar Darwin Wibowo, Direktur Wholesale Banking Bank Permata kepada KONTAN, Jumat (13/10).

Senada, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) juga memperkirakan pertumbuhan kredit korporasi sampai akhir tahun 2017 dari beberapa sektor masih belum bisa tumbuh deras. "Jujur saja. Saat ini pertumbuhan kredit masih belum terlalu kencang. Jadi, kami tidak bisa menentukan mau ke sektor apa," kata Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA.

Untuk meningkatkan pertumbuhan kredit, menurut Jahja, BCA akan melakukan analisa atas sektor. Syarat yang harus dipenuhi debitur adalah jaminan cukup dan karakter pemilik usaha yang memadai. Ia menambahkan, secara umum diversifikasi kredit korporasi cukup beragam. Antara lain agribisnis, konstruksi, properti dan manufaktur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×