kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank ancang-ancang mengejar dana murah


Selasa, 23 Mei 2017 / 11:37 WIB
Bank ancang-ancang mengejar dana murah


Reporter: Galvan Yudistira, Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Perbankan Indonesia tampak sumringah melihat peringkat layak investasi (investment grade) Indonesia versi Standard and Poor's (S&P). Tak mau melewatkan kesempatan ini, kalangan bankir bersiap memburu sumber pendanaan murah.

Haru Koesmahargyo, Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) menyatakan, surat utang (obligasi) selama ini menjadi salah satu sumber pendanaan kredit perbankan. Nah, kenaikan peringkat Indonesia ke level investment grade dari S&P berpotensi menurunkan kupon obligasi sebesar 25 basis poin (bps).

Penurunan kupon obligasi pada gilirannya bisa menurunkan biaya dana (cost of fund) perbankan. Alhasil, "Tidak menutup kemungkinan suku bunga kredit juga turun," terang Haru, Senin (22/5).

Namun rencana tersebut masih menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya berasal dari sentimen tren kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve (Fed) atau Bank Sentral Amerika Serikat. Tren Fed ini bisa memicu kenaikan suku bunga global. Tergantung juga bagaimana The Fed, imbuh Haru.

Direktur Treasury PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Panji Irawan menyatakan, tahun ini BNI akan mencari tambahan pendanaan senilai total Rp 10 triliun. Sumber dana yang diincar BNI adalah dari obligasi senilai Rp 5 triliun dan selebihnya dari negotiable certificate of deposit (NCD).

Panji menyatakan, BNI akan memanfaatkan momentum kenaikan rating untuk mendapatkan dana berbunga rendah. Tapi dia belum bersedia menjelaskan potensi penurunan bunga surat utang yang bisa dinikmati oleh BNI sebagai berkah kenaikan peringkat dari S&P itu.

Iman Nugroho Soeko, Direktur Keuangan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) juga optimistis bunga dana bisa turun seiring kenaikan peringkat Indonesia dari S&P. "Dampaknya sama untuk utang valas dan rupiah," kata Iman.

Memang, berkaca pada pengalaman negara lain yang memiliki peringkat sama dengan Indonesia, selisih bunga surat utang minimal mencapai 200 bps dari junk bond. Namun Iman menilai proyeksi selisih tersebut terlalu berlebihan. Sebab, margin surat berharga juga mempertimbangkan benchmark surat utang negara. "Berapa besar turunnya, itu sudah persoalan pasar," tandas dia.

Sebagai gambaran, mengutip data asianbondsonline.adb.orgyield obligasi tenor 10 tahun Indonesia berada di kisaran 7,075%. Bandingkan dengan yield India, negara yang lebih dulu mendapat peringkat BBB- dari S&P, yang mampu menawarkan yield di kisaran 6,71%. Artinya, masih ada selisih 36 bps.

Berdasarkan catatan KONTAN, tahun lalu, BTN merilis obligasi berkelanjutan tahap II senilai Rp 1,34 triliun. Saat itu, kupon yang dibayarkan BTN sebesar 8,2%. Besaran kupon ini pun setara dengan kupon obligasi BRI seri B senilai Rp 2,43 triliun yang juga terbit tahun lalu.

Iman menambahkan, peringkat baru Indonesia tidak mengubah rencana penerbitan surat utang BTN.

Presiden PT Bank OCBC NISP Tbk, Parwati Surjaudaja menyatakan masih mencermati situasi pasar seiring kenaikan rating Indonesia. "Harapannya memang biaya surat utang turun dengan kenaikan peringkat Indonesia," katanya.

Kendati demikian, soal pengaruh terhadap besaran imbal hasil yang harus dibayar jika memilih opsi sumber pendanaan global, Parwati menyebut, pihaknya lebih memilih obligasi berdenominasi rupiah. "Harapan kami akan lebih baik untuk issuer dalam hal imbal hasil yang harus diberikan kepada pembeli," imbuh Parwati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×