kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank dan Prinsipal ingin menikmati kue e-money


Minggu, 05 Maret 2017 / 19:53 WIB
Bank dan Prinsipal ingin menikmati kue e-money


Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Jumlah dan transaksi uang elektronik yang terus naik membuat bisnis uang elektronik kian diminati oleh industri perbankan dan penyelanggaraan prinsipal. Sebut saja, Bank OCBC NISP, Bank Standard Chartered Indonesia, dan MasterCard Indonesia tengah bersiap untuk menikmati kue bisnis uang elektronik.

Andreas Kurniawan, Consumer Marketing Strategy Division Head Bank OCBC NISP mengatakan, pihaknya akan berdiri sendiri dalam mendirikan bisnis uang elektronik setelah OCBC NISP bekerjasama dengan Bank Central Asia (BCA) pada uang elektronik dengan cara co-branding pada April 2016.

Kali ini, OCBC NISP akan menjadi penerbit kartu atau issuer pada uang elektronik dari sebelumnya perusahaan memanfaatkan merek uang elektronik BCA yaitu Flazz dalam penerbitan kartu. “Disini OCBC NISP menjadi issuer namun pemanfaatan jaringan masih menggunakan platform BCA,” jelasnya, belum lama ini.

Harapannya, OCBC NISP akan memperoleh izin menjadi issuer uang elektronik di tahun ini. Karena perusahaan sedang menunggu rekomendasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mengajukan diri sebagai penerbit uang elektronik, setelah itu perusahaan akan meminta restu ke Bank Indonesia (BI).

Bank milik investor Singapura ini mengincar sektor parkir, jalan tol dan transportasi untuk pembayaran non tunai melalui uang elektronik. Perusahaan sendiri telah menerbitkan 10.000 uang elektronik di akhir tahun lalu. “Dengan target penambahan 20% nasabah baru di tahun ini akan menjadi sasaran perusahaan untuk menawarkan uang elektronik,” tambahnya

Pengembangan uang elektronik ini menjadi bagian investasi teknologi OCBC NISP. Perusahaan mengalokasikan dana untuk teknologi informasi sebesar Rp 200 miliar di tahun 2017. Tanpa menyebutkan detail, sebagian dana tersebut digunakan pengembangan uang elektronik.

Sementara itu, Michael Sugirin, Country Head of Transaction Banking Standard Chartered Indonesia, menyampaikan, pihaknya memilih untuk bekerjasama dengan Indosat dalam bisnis uang elektronik berbentuk e-wallet, karena lebih efisien dan efektif dalam memenuhi kebutuhan nasabah yang ingin bertransaksi melalui uang elektronik.

“Uang elektronik ini untuk segmen nasabah ritel dan korporasi,” terangnya. Pada bisnis uang elektronik ini perusahaan hanya menyediakan fasilitas saja dan belum berencana untuk mendirikan sendiri seperti bank lain.

Tak hanya bank, penyelenggara prinsipal juga tertarik untuk menikmati bisnis uang elektronik. Tommy Singgih, Vice President MasterCard Indonesia menuturkan, pihaknya sedang mengajukan izin uang elektronik ke BI untuk mendukung kebutuhan elektronifikasi transaksi yang sedang menjamur di era digital ini.

MasterCard Indonesia menargetkan akan segera memperoleh izin uang elektronik dari BI karena perusahaan telah mengajukan izin sejak tahun lalu. Untuk model bisnisnya, Tommy bilang, pihaknya menyerahkan sepenuhnya kepada BI untuk perolehan platform bisnis. “Nanti tergantung arahan dari BI, apakah server base atau card base,” ucapnya.

BI melaporkan, uang elektronik terus mencatat kenaikan dari sisi jumlah kartu maupun transaksi. Misalnya, jumlah kartu tumbuh 50,21% menjadi 52,70 juta per Januari 2017 dibandingkan posisi 35,08 juta per Januari 2016.

Sedangkan, volume transaksi tumbuh 41,48% menjadi 58,43 juta per Januari 2017 dibandingkan posisi 41,30 juta per Januari 2016. Dan nilai transaksi tumbuh 71,83% menjadi Rp 665,79 miliar per Januari 2017 dibandingkan posisi Rp 387,40 miliar per Januari 2016. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×