kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank enggan masuk ke sektor pertambangan karena risiko tinggi


Senin, 21 Mei 2018 / 16:08 WIB
Bank enggan masuk ke sektor pertambangan karena risiko tinggi
ILUSTRASI.


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Sofyan Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank masih menjauhi sektor pertambangan. Alasannya, sektor ini dianggap masih belum stabil, meski harga komoditas pertambangan cenderung membaik.

Hal ini terlihat dalam Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Per Maret 2018 total kredit ke sektor pertambangan hanya mencapai Rp 104,75 triliun, menyusut 16,06% secara tahunan atau year on year (yoy) dari tahun sebelumnya Rp 124,6 triliun.

Belum lagi, NPL di sektor ini terbilang cukup tinggi yakni mencapai 6,27% per akhir Maret 2018. Meski membaik dari Maret 2017 yang tembus 7,04%.

Direktur Keuangan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) Ferdian Satyagraha menyebut, saat ini perbankan masih melihat adanya risiko di sektor pertambangan. Terutama terkait perang pasar (trade war) antara Amerika Serikat dan China.

"Salah satu katalis positif adalah kenaikan saat ini, kemungkinan akan terdamppak dari trade war ke depan," katanya kepada Kontan.co.id, Senin (21/5). Melihat risiko tersebut, Bank Jatim belum akan ikut serta membiayai sektor pertambangan dalam waktu dekat.

"Belum ada rencana (kredit pertambangan), masih lebih banyak potensi di sektor UMKM dan ritel," tambahnya.

Senada, Direktur Utama PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara (Bank Sumut) Edie Rizliyanto mengungkapkan memang sejak dulu pihaknya menghindari sektor ini. walau cenderung membaik, menurut Edie sektor ini sangat berisiko bagi bank bila perinciannya tidak matang.

"Perkembangan terakhir, sektor pertambangan tren positif karena harga batubara membaik. Artinya yang menjadi NPL akan bisa recovery. Namun dari pengalaman, recovery NPL tidak semerta-merta terjadi setelah tren (harga) positif. Ada prosesnya," katanya.

Selain itu, Direktur Utama PT Bank MNC Internasional Tbk Benny Purnomo mengatakan pihaknya baru akan masuk ke sektor pertambangan bila ada perusahaan yang mempunyai rekam jejak positif di sektor pertambangan.

Adapun, sejauh ini Benny mengungkap masih akan menghindari sektor pertambangan. "Potensi membaik memang pasti ada, tapi yang menjadi persoalan adalah kesiapan perusahaan di sektor pertambangan itu. Banyak perusahaan lama yang berhenti beroperasi," tuturnya.

Sebagai tambahan informasi saja, bila dirinci per BUKU. OJK menunjukkan NPL pertambangan untuk golongan BUKU I dan BUKU II terbilang rendah yakni 4,76% dan 2,97% per akhir Maret 2018. Membaik dari. Membaik dari Maret 2017 yang sempat mencapai 20,24% dan 8,14%.

Sementara untuk BUKU III dan BUKU IV sampai Maret 2018 masih mencatatkan NPL tinggi di sektor pertambangan dan penggalian yakni masing-masing 6,18% dan 6,77% pada tiga bulan pertama.

Meski membaik dari Maret 2017 sebesar 6,98% untuk BUKU III. Sementara untuk BUKU IV meningkat dari 6,51% di Maret 2017.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×