kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI: Sebisa mungkin rupiah dicetak di tanah air


Jumat, 01 Agustus 2014 / 09:35 WIB
BI: Sebisa mungkin rupiah dicetak di tanah air
ILUSTRASI. Harga Saham TOTO Stagnan, GOTO Melemah di Perdagangan Selasa (20/2). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/rwa.


Sumber: Kompas.com | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Menanggapi kabar data Wikileaks tentang pencetakan uang rupiah di Australia pada tahun 1999 silam, Bank Indonesia (BI) sebagai regulator sistem pembayaran menyatakan pada dasarnya uang rupiah sebisa mungkin harus dicetak di dalam negeri oleh Perum Peruri. 

Perum Peruri merupakan perusahaan percetakan uang negara yang berhak mencetak uang. Meskipun demikian, dalam hal tertentu bisa saja uang rupiah dicetak di negara lain. "Prinsipnya sih bisa saja (uang dicetak di negara lain). Namun diutamakan pencetakan oleh (Perum) Peruri," kata Direktur Departemen Komunikasi BI Peter Jacobs kepada Kompas.com, Kamis (31/7). 

Hal tertentu yang dimaksud, lanjut Peter, adalah bilamana ada kualitas uang tertentu dalam proses pencetakan yang tidak dapat dilakukan olh Perum Peruri. "Kalau sesuai perencanaan, seharusnya cukup dicetak oleh Peruri, kecuali ada kualitas tertentu yang tidak bisa dilakukan oleh Peruri," jelas Peter. 

Lebih lanjut, terkait pernyataan Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara yang mengungkapkan pada saat itu pencetakan uang dilakukan di Australia karena alasan terkait Y2K, Peter tidak menampik. Ia menjelaskan saat itu ada semacam keterbatasan Peruri dalam hal pencetakaan uang, dalam hal ini pecahan Rp 100.000.

"Ya, saat itu ada jenis uang yang tidak bisa dicetak di dalam negeri. Bisa dari materialnya atau teknologinya," ujar dia. 

Sebelumnya di kediaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Cikeas, Mirza menyatakan pencetakan uang di Australia memang terjadi hanya satu kali pada tahun 1999. "Itu cuma sekali saja karena masih ingat Y2K enggak? Nah itu dulu kan Y2K itu orang enggak tahu apa yang akan terjadi," ungkap mantan Kepala Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) tersebut. 

Kata Mirza, saat itu ada kekhawatiran dimana teknologi di Indonesia akan mati total dan komputer-komputer yang ada tidak berfungsi. Dengan kondisi itu, BI memperkirakan adanya lonjakan permintaan terhadap uang yang beredar sehingga BI pun melakukan pencetakan di luar negeri. "Kayak Lebaran saja, orang lonjakan permintaan mencetak lebih," ujar dia. (Sakinah Rakhma Diah Setiawan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×