kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dorong ekspor, BNI beri pinjaman berdenominasi yen


Jumat, 20 Juli 2018 / 12:57 WIB
Dorong ekspor, BNI beri pinjaman berdenominasi yen
ILUSTRASI. PERSEDIAAN UANG TUNAI RUPIAH


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) memberikan kredit berdenominasi yen menggunakan skema jaminan SBLC untuk perusahaan-perusahaan berorientasi ekspor. Hal ini dilakukan untuk mendorong perkembangan ekspor di dalam negeri.

Direktur Tresuri dan Internasional BNI Rico Rizal Budidarmo menjelaskan, skema kredit ini menggunakan pola penjaminan berupa standby letter of credit (SBLC) dari parent company yang berada di Jepang dan diterbitkan oleh bank rekanan BNI di Jepang. Dengan pola ini, maka assesment risiko juga ditekankan kepada counterparty (bank penerbit/penjamin SBLC), bukan ditekankan pada calon debiturnya. Pola ini juga memberikan alternatif jaminan yang semula berupa fixed asset menjadi jaminan dari perbankan Jepang berupa SBLC.

Adapun, penyaluran kredit berdenominasi yen ini baru pertama kali dilaksanakan oleh bank lokal di Indonesia. Sebagai awal, BNI menyalurkan kredit berdenominasi yen kepada salah satu perusahaan lokal penghasil suku cadang kendaraan yang berorientasi ekspor, yaitu PT Banshu Electric Indonesia.

“Pinjaman dalam bentuk yen ini dimungkinkan dengan adanya dukungan dari cabang BNI yang berada di Tokyo, Jepang dan juga dari bank rekanan BNI di Jepang yaitu The Hyakujushi Bank Ltd., sehingga BNI dapat memberikan pinjaman yen dengan bunga yang kompetitif,” ungkap Rico dalam rilis yang diterima Kontan.co.id, Jumat (20/7). Lebih lanjut, BNI menilai skema pinjaman dengan jaminan SBLC ini relatif lebih mudah diaplikasikan bagi perusahaan-perusahaan Jepang di Indonesia.

“Kami hanya menggunakan syarat 1 tahun untuk laporan keuangan perusahaan dan jaminan SBLC dari bank mereka yang berada di Jepang. Bank tersebut harus sudah bekerja sama dengan BNI. Dengan kemudahan syarat tersebut, maka dimungkinkan bagi perusahaan Jepang yang baru beroperasi minimal 1 (satu) tahun untuk mendapatkan fasilitas pembiayaan,” tuturnya.

Pemberian pinjaman kepada perusahaan Jepang ini merupakan bentuk komitmen BNI dalam mendukung investasi asing khususnya perusahaan-perusahaan Jepang di Indonesia dan sekaligus memberikan layanan perbankan secara menyeluruh kepada nasabah-nasabah pelaku usaha mikro dan kecil (UKM). Nasabah UKM BNI ini juga merupakan perusahaan asal Jepang yang tercatat sebagai nasabah Bank Regional Jepang (JRB) yang telah bekerja sama dengan BNI.

“Kami mengharapkan UKM Jepang lainnya juga tertarik untuk mendapatkan pembiayaan melalui skema ini. Bila ada perusahaan Jepang yang telah menggunakan bank lain tentunya mereka akan mereferalkannya kepada perusahaan Jepang lainnya,” tambah Rico .

Sebagai informasi saja, PT Banshu Electric Indonesia merupakan perusahaan penanaman modal asing (PMA) asal Jepang joint venture dengan perusahaan lokal indonesia yang memproduksi spare part otomotif wire harness. Dengan penjualan berbasis ekspor sebesar 43%, BNI berkomitmen untuk dapat mendukung perusahaan-perusahaan lokal yang berbasis ekspor.

Dengan adanya persaingan global yang menuntut perusahaan-perusahaan lokal yang berorientasi ekspor untuk lebih efisien dalam hal cost of money, maka dengan jaringan global dan dukungan dari kantor-kantor cabang BNI yang berlokasi di tujuh negara, BNI dapat memberikan dukungan dalam bentuk international banking product melalui skema pembiayaan yang kebih menarik dan kompetitif.

BNI telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Japan Regional Bank (JRB). Langkah BNI ini merupakan upaya untuk memaksimalkan bisnis perbankan di Tanah Air, menyusul semakin besarnya arus investasi asing khususnya investasi Jepang ke Indonesia.

BNI telah mempunyai Unit Japan Desk sebagai unit khusus yang menangani perusahaan-perusahaan Jepang yang akan berinvestasi di Indonesia maupun yang telah beroperasi di Indonesia. Mereka tersebar di kawasan industri di Indonesia antara lain Kawasan Industri KIIC, MM2100, Jababeka, EJIP, hingga Suryacipta. Sebagian besar perusahaan Jepang tersebut banyak beroperasi di Pulau Jawa sehingga diharapkan akan lebih menyebar ke kawasan industri lainnya di luar Pulau Jawa seperti di Batam, Makasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×