kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gojek jadi ancaman bagi perbankan di era digital


Rabu, 11 Juli 2018 / 06:08 WIB
Gojek jadi ancaman bagi perbankan di era digital
ILUSTRASI. Aplikasi Go-Pay


Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kehadiran perusahaan rintisan atau startup menjadi ancaman besar bagi perbankan. Wajar saja, startup yang hadir belum lama ini mampu menggeser kebiasan konsumen bertransaksi dari konvensional ke digital.

Hasil riset PwC Indonesia menyebutkan ada 10 perusahaan teknologi yang menjadi kekhawatiran para bankir. Nah, dari 10 perusahaan ini ada lima perusahaan yang berbasis di Indonesia.

Salah satunya, Gojek sebagai penantang utama bagi perbankan. Sebanyak 72% bankir yang menjadi responden PWC merisaukan kehadiran Gojek. Lalu, sebanyak 62% bankir mengaku waspada atas datangnya raksasa perdagangan online atau e-commerce asal China yakni Alibaba.

Gojek dikhawatirkan para bankir karena startup ini memiliki teknologi pembayaran yang menggunakan branding Gopay. Saat ini, transaksi menggunakan Gopay lebih mudah, karena dapat mengakses segala jenis pembayaran mulai dari transportasi online, pulsa hingga konsumsi.

Chairil Tarunajaya, Technology and Risk Consulting Leader PwC Indonesia mengatakan, Gopay sedang naik daun karena jumlah pengguna Gojek yang besar di Indonesia. Terlebih, kemampuan mengelola data membuat menempatkan perusahaan startup ini mempunyai posisi unik untuk memberikan layanan

Setelah itu, ada Grab yang dikhawatirkan 42% bankir sebagai penantang bank ke depan. Diikuti Tokopedia 38%, Telkomsel 36%, Amazon 28%, Google 18%, Facebook 12%, Indosat 6%, dan XL 4%.

PwC Indonesia menyebut perusahaan teknologi ini masih membutuhkan beberapa pengembangan. Disini menjadi celah perbankan untuk mengambil langkah terkait pengembangan teknologi.

Lani Darmawan, Direktur Konsumer PT Bank CIMB Niaga Tbk mengakui, startup seperti perusahaan teknologi keuangan atau fintech sedang berkembang sangat pesat.

Lantaran, fintech tidak mempunyai regulasi yang ketat seperti bank. Alhasil, memberikan keuntungan. "Mereka menggunakan teknologi yang lebih cepat dan menarik dari kacamata pengalaman nasabah," kata Lani kepada KONTAN Kamis (10/7).

Bank tidak bisa menghentikan inovasi yang dilakukan fintech maupun startup. Untuk itu, posisi yang tepat bagi bank adalah menjadi partner bagi fintech dan startup, bukan sebagai kompetitor hingga saling menguntungkan. Saat ini, Bank CIMB Niaga mengaku telah menjadi partner dari beberapa fintech.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×