kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kredit melambat, gap loanable funds ikut melebar


Selasa, 16 Januari 2018 / 17:41 WIB
Kredit melambat, gap loanable funds ikut melebar
ILUSTRASI. Perjanjian UMKM KlikACC dan BCA


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menyebut pada tahun 2017 terjadi pelebaran ruang atau gap loanable funds terhadap penyaluran kredit perbankan. Data LPS menyebutkan pada kuartal III 2017 terjadi pelebaran gap ke level Rp 704 triliun.

Jumlah ini cenderung lebih tinggi dibandingkan dua tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp 514 triliun dan Rp 400 triliun.

Menyikapi hal tersebut, Ekonom Senior PT Bank Mandiri (persero) Tbk Andry Asmoro mengatakan tren ini sebenarnya terjadi lantaran ketertarikan bank untuk menyalurkan kredit di tahun lalu memang mengalami penurunan. Menurutnya, rata-rata bank di Indonesia cenderung hanya menyalurkan kredit ke beberapa sektor yang dianggap aman.

Perlambatan di sejumlah sektor ini juga disebut-sebut berdampak pada keinginan korporasi besar untuk melakukan investasi, alhasil permintaan kredit ke perbankan pun cenderung melemah.

Tren penurunan permintaan kredit perbankan ini juga dapat dilihat dari cukup tingginya penerbitan obligasi di tahun 2017 lalu, catatan Andry Asmoro menyebutkan paling tidak sampai akhir 2017 penerbitan obligasi mencapai Rp 150 triliun.

"Bank masih pilih sektor yang cukup aman, artinya jangan sampai penyaluran kredit besar tapi malah membentuk bad loans (kredit bermasalah)," katanya kepada Kontan.co.id, Selasa (16/1). Selain itu jika dirujuk kepada trennya, mayoritas kredit di tahun 2017 banyak masuk ke pembiayaan proyek pemerintah seperti infrastruktur serta beberapa perusahaan lokal alias badan usaha milik negara (BUMN).

Hal ini menurut Andry juga turut menggambarkan keberanian korporasi untuk melakukan investasi maupun ekspansi bisnis tidak segencar di tahun-tahun sebelumnya. Artinya, jika korporasi cenderung injak rem untuk investasi maka ruang bank untuk masuk ke sektor-sektor yang sebenarnya potensial ikut menurun.

"Sektor kredit bank jadi terbatas, misalnya beberapa sektor yang prospeknya bagus itu akan sedikit menurun, padahal kalau demand korporasi tinggi artinya kredit juga dapat meningkat," tambahnya.

Pun tahun ini Andry mengatakan pertumbuhan kredit belum terlalu ada banyak perubahan lantaran sejumlah sektor masih belum membaik atau stagnan seperti komoditas batu bara dan crude palm oil (CPO).

Sementara di akhir tahun 2017 juga belum banyak berubah antara lain dari sisi kredit yang diproyeksi Andry hanya bakal tumbuh 7% sampai 8%. Sementara yang dapat memicu penyaluran kredit antara lain jika adanya perbaikan dari iklim sektor manufaktur di tahun 2018 ini.

"Saya rasa yang akan mendorong adalah sektor manufaktur, karena selama ini masih berbasis komoditas paling tidak sampai 2012, begitu komoditas anjlok kredit ikut turun," jelasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×