kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lonjakan klaim asuransi gerus pendapatan Taspen


Minggu, 05 Maret 2017 / 18:06 WIB
Lonjakan klaim asuransi gerus pendapatan Taspen


Reporter: Klaudia Molasiarani | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. PT Taspen (Persero) membukukan penurunan pendapatan sepanjang tahun 2016 lalu. Berdasarkan public expose atau paparan keuangan pada Sabtu (4/3) di Hotel Rancamaya Bogor, laba bersih turun 57,22% menjadi Rp 247,25 miliar pada 2016 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 577,90 miliar.

Iqbal Latanro, Direktur Utama PT Taspen mengatakan, penurunan ini disebabkan lonjakan klaim asuransi. Adapun hingga Desember 2016, perusahaan telah membayar klaim jaminan kecelakaan kerja (JKK) dan jaminan kematian (JKM) masing-masing senilai Rp 8,12 miliar dan Rp 752,07 miliar.

Pembayaran manfaat THT pun turut menekan kinerja perseroan. Tercatat, per Desember 2016, pembayaran manfaat THT tumbuh 65,78% menjadi Rp 7,10 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya Rp 4,28 triliun. 

Menurut Iqbal, peningkatan tersebut terjadi seiring bertambahnya jumlah peserta yang mencapai Batas Usia Pensiun (BUP). Pasalnya, perserta yang tertunda pensiunnya di tahun 2014, sesuai dengan UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara telah jatuh tempo di tahun 2016.

Guna memperbaiki kinerja, perseroan bakal mengusulkan revisi Peraturan Pemerintah (PP) No. 70 Tahun 2015 terkait besaran premi. “Beban klaim kita meningkat karena tingkat kematian tinggi. Namun kenaikan premi kematian belum terjadi,” kata Iqbal. 

Dia optimistis pemerintah bakal melakukan evaluasi untuk menentukan besaran premi JKM. Selain itu, perusahaan juga bakal lebih agresif melakukan strategi investasi.

Meski pendapatan hasil usaha terkoreksi, dari sisi aset, PT Taspen mencatatkan peningkatan kinerja. Per 31 Desember 2016, total aset investasi perseroan tercatat sebesar Rp 167,35 triliun atau tumbuh 17,58% dari periode yang sama tahun lalu senilai Rp 142,32 triliun. 

Adapun komposisi aset terbesar terdapat pada obligasi, suku dan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA) senilai Rp 124,28 triliun, deposito Rp 28,28 triliun, serta reksadana dan saham senilai Rp14,79 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×