kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menunggu bunga pembiayaan turun


Selasa, 17 Oktober 2017 / 22:42 WIB
Menunggu bunga pembiayaan turun


Reporter: Dikky Setiawan, Tendi Mahadi | Editor: Dikky Setiawan

KONTAN.CO.ID -Kebijakan Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan mulai membawa angin perubahan dalam peta bisnis di sektor jasa keuangan. Bukan hanya perbankan yang mulai mengatur strategi penyaluran kreditnya, sejumlah perusahaan pembiayaan turut melakukan langkah serupa.

Demi mendongkrak pembiayaannya, beberapa perusahaan pembiayaan (multifinance) bakal mengubah strategi bisnis. Contohnya PT Mandiri Tunas Finance (MTF) berencana memangkas suku bunga pembiayaannya pada awal 2018. Langkah ini dilakukan anak usaha Bank Mandiri sejalan dengan kondisi pasar dan tren penurunan bunga perbankan.

Harjanto Tjitohardjojo, Direktur MTF, mengatakan, pihaknya akan menurunkan bunga kredit pada awal tahun 2018. Menurutnya, penyesuaian suku bunga multifinance membutuhkan waktu sekitar enam bulan setelah bank sentral menggunting bunga acuannya. 

Selama ini, sebagian besar pendanaan MTF memang berasal dari bank. Asal tahu saja, 70% sumber pendanaan MTF dari joint financing dengan Bank Mandiri. Sisanya berasal dari pinjaman bilateral dan offshore. “Penurunan bunga BI baik untuk jangka panjang. Tapi kami tidak bisa langsung menyesuaikan,” kata Harjanto kepada Tabloid KONTAN.

Hafid Hadeli, Direktur Utama Adira Finance, mengungkapkan, perusahaan pembiayaan memang sangat bergantung pada pinjaman bank untuk memenuhi kebutuhan pendanaannya. Namun, suku bunga pembiayaan ditentukan oleh sejumlah faktor, antara lain biaya pendanaan dan biaya operasional. 

Dalam menentukan bunga, perusahaan pembiayaan juga melihat mekanisme persaingan pasar di industri pembiayaan. “Dengan demikian, suku bunga bank bukan satu-satunya faktor penentu penurunan bunga pembiayaan,” kata Hafid kepada Tabloid KONTAN.

Namun begitu, Hafid berharap, penurunan bunga acuan BI dapat terus menurunkan biaya pendanaan, sehingga dapat membantu bisnis perusahaan pembiayaan seiring dengan suku bunga yang makin kompetitif. Saat ini, suku bunga di Adira Finance untuk pembiayaan kendaraan roda empat berkisar 8%-12%. Sementara untuk pembiayaan kendaraan roda dua sebesar 15%-19% flat.

Bunga sudah turun

Harjanto menambahkan, sebenarnya, saat ini bunga kredit perusahaan pembiayaan sudah terbilang rendah. Bunga pembiayaan MTF berkisar 3,25% hingga 5%. Di sepanjang tahun ini misalnya, MTF telah menurunkan bunga kredit 25 basis poin. “Untuk pembiayaan kendaraan bermotor tenor satu tahun, turun dari 3,5% menjadi 3,25%,” imbuh dia.

Penurunan bunga pembiayaan sebenarnya juga telah dilakukan oleh PT BCA Finance sejak Agustus 2017 silam. Roni Haslim, Direktur Utama BCA Finance mengklaim, pihaknya telah menurunkan bunga pembiayaan sejak pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2017 di BSD City, Tangerang, Banten. 

Saat ini, bunga pembiayaan BCA Finance untuk tenor 1 tahun sampai 4 tahun berkisar antara 3,17%  hingga 4,17%. 

Karena itu, dalam waktu dekat, BCA Finance belum berniat menurunkan kembali bunga pinjamannya. “Setelah BI menurunkan bunga acuan pada September lalu, kami belum berencana menurunkan bunga kredit lagi. Bunga kredit kami sudah murah dan kompetitif. Ini sudah merupakan model bisnis kami,” kata Roni.

Roni menambahkan, dalam sembilan bulan pertama tahun ini, perusahaannya masih mencatatkan kinerja pembiayaan yang positif. Hingga September 2017, pembiayaan yang telah disalurkan BCA Finance mencapai Rp 25,3 triliun atau naik 10,5% dibandingkan periode yang sama tahun 2016. Pada  periode tersebut, penyaluran kredit mencapai Rp 22,8 triliun.

Menurut Roni, segmen kendaraan roda empat baru masih menjadi kontributor terbesar portofolio bisnis. Segmen ini menyumbang sekitar 70% dari total pembiayaan yang disalurkan.

Hingga akhir tahun 2017, BCA Finance menargetkan penyaluran pembiayaan Rp 32 triliun atau tumbuh sekitar 10% dibandingkan pembiayaan 2016 yang sebesar Rp 30,6 triliun.

Roni menuturkan, target pembiayaan tahun ini tidak dipatok terlalu tinggi lantaran Gaikindo memproyeksikan penjualan kendaraan bermotor hanya akan bertumbuh di kisaran 4%-5% tahun ini.

Pendanaan beragam

Jodjana Jody, Direktur Utama PT Astra Sedaya Finance, juga menegaskan bahwa penurunan suku bunga acuan BI tidak bisa langsung diikuti dengan penurunan bunga corporate lending.

Menurut dia, penurunan bunga pembiayaan bergantung pada loan corporate yang dikucurkan bank kepada perusahaan pembiayaan. “Jadi seharusnya yang dituntut turun bunga kreditnya adalah bank. Bila bank menurunkan bunga kredit, kami juga bisa mengikutinya,” kata Jodjana kepada Tabloid KONTAN.

Jodjana bilang, sejauh ini, efek penurunan BI rate masih sebatas menurunkan suku bunga ritel. Hal ini terbukti bank banyak memberikan retail loan yang jauh lebih murah daripada corporate loan.

Untuk menyesuaikan dengan suku bunga bank, lanjut Jodjana, perusahaan pembiayaan hanya bisa mencari alternatif pendanaan. Karena suku bunga bank masih mahal, perusahaan pembiayaan mencari funding offshore dan capital market seperti obligasi dan medium term note (MTN).

“Dengan strategi multi source funding, kami bisa menurunkan bunga untuk beberapa model yang favorit di pasar pembiayaan. Jadi, istilahnya penerapan risk based pricing,” beber Jodjana.

Langkah itu kini juga dilakukan oleh PT Bussan Auto Finance (BAF) dengan mendiversifikasi sumber pendanaan. Selama ini, perusahaan itu hanya mengandalkan sumber pendanaan dari perbankan. Seiring dengan tren penurunan suku bunga, BAF mulai mencari pendanaan melalui surat utang alias obligasi. 

Sesuai rencana, BAF akan menerbitkan obligasi senilai maksimal Rp 500 miliar. Dengan tren suku bunga yang cenderung turun, perusahaan ini menilai obligasi menjadi instrumen yang menarik bagi investor. 

Shinichiro Shimada, Presiden Direktur BAF mengatakan, obligasi tersebut akan dirilis dalam dua seri. Pertama bertenor 370 hari dengan kupon sekitar 6,15% sampai 7%. Lalu yang kedua bertenor tiga tahun dengan bunga sebesar 7,25% sampai 8%. ”Kami optimistis obligasi ini akan sukses,” kata Shimada.

Diversifikasi bisnis

Penurunan bunga saja tak cukup membuat perusahaan pembiayaan bertahan. Beberapa menyiapkan strategi pengembangan bisnis. BCA Finance misalnya, memacu penyaluran pembiayaan hingga akhir tahun dengan tetap mengandalkan strategi pemasaran dengan suku bunga rendah. Selain itu, perusahaan masih akan fokus menyalurkan pembiayaan di segmen mobil baru.

Langkah berbeda dilakukan MTF. Tahun depan, Harjanto bilang, MTF justru akan menjajal ke bisnis pembiayaan mobil bekas. Selama ini, sekitar 95% portofolio bisnis MTF adalah pembiayaan mobil baru yang terdiri atas passanger car (75%), pickup (8%), dan truck (12%). Sisanya sekitar 5% dari pembiayaan motor besar, multiguna, dan alat berat.

Hingga September 2017, anak usaha PT Bank Mandiri Tbk ini telah merealisasikan pembiayaan lebih 77,5% dari target sampai akhir tahun sebesar Rp 20 triliun. Artinya, dalam sembilan bulan di tahun ini, MTF telah menyalurkan pembiayaan Rp 15,5 triliun, naik 16,5% dibanding periode sama 2016. 

Dus, untuk mencapai target tahun ini, MTF tinggal mengejar sisa kekurangan Rp 4,5 triliun. “Sampai Oktober atau Desember 2017, kami yakin bisa mencapai target,” tegas Harjanto.

Untuk itu, MTF telah menyiapkan sejumlah strategi jangka pendek. Di antaranya, mengoptimalkan penetrasi ke diler-diler kendaraan bermotor dan memperluas produk multiguna. 

MTF juga gencar menambah cabang baru di sejumlah daerah untuk menggenjot pembiayaan.  Yang terbaru, pada 26-29 September 2017 lalu, MTF membuka tiga kantor baru di Indonesia bagian Timur, yakni Ambon Maluku, Sorong, dan Jayapura Papua.

Dengan kehadiran kantor cabang baru, Harjanto berharap, pembiayaan MTF bisa digenjot. “Kami menargetkan pembiayaan per bulan hingga Rp 2 triliun,” papar Harjanto.

BAF juga merancang diversifikasi bisnisnya. Perusahaan pembiayaan yang memfokuskan bisnisnya ke pembiayaan kendaraan roda dua ini juga mulai masuk ke pasar pembiayaan kendaraan roda empat.

Lynn Ramli, Wakil Presiden Direktur BAF, menuturkan, pihaknya mulai menggarap pembiayaan mobil baru sebulan terakhir dalam tahap pilot project. “Saat ini kami masih fokus di Jakarta dulu. Kami ingin lihat pertumbuhan kinerja sampai akhir tahun seperti apa,” kata Lynn. 

Selama ini, penyaluran pembiayaan BAF masih sangat didominasi oleh pembiayaan sepeda motor baru, terutama merek Yamaha. Segmen ini disebutnya bisa memberi sumbangan sekitar 90% dari total kredit yang disalurkan. Karena itu, Lynn belum bisa menentukan target kontribusi yang bisa didapat dari pembiayaan kendaraan roda empat. 

Hingga Agustus 2017, pembiayaan yang disalurkan BAF mencapai sekitar Rp 4 triliun. Nilai ini setara dengan 57,14% dari target tahunan yang dipatok perusahaan. Hingga akhir tahun ini, BAF mematok target pembiayaan sebesar Rp 7 triliun. Lynn optimistis, pihaknya bisa mengejar target pembiayaan yang ditetapkan.

Untuk mencapai target itu, BAF telah merancang sejumlah jurus. Di antaranya, BAF meningkatkan sinergi dengan produsen sepeda motor Yamaha yang merupakan salah satu pemegang saham perusahaan tersebut.

Saat ini, pangsa pasar kredit BAF untuk penjualan sepeda motor Yamaha baru di kisaran 35%. “Upaya ini salah satu yang ingin kami tingkatkan. Termasuk dengan sinergi yang lebih kuat dengan para diler,” kata dia.

Selain meningkatkan sinergi dengan pabrikan Yamaha dan diler, BAF juga bakal memperluas pasar dengan mengembangkan jaringan pemasaran.

Saat ini, BAF memiliki 235 jaringan di berbagai wilayah yang terdiri dari 198 kantor cabang dan 37 titik layanan pelanggan. Sayangnya, Lynn belum membeberkan kapan rencana perusahaan merealisasikan penurunan bunga pembiayaan. 

Memperkuat jaringan penyaluran pembiayaan juga dilakukan oleh Adira Finance. Menurut Hafid, selain terus meningkatkan hubungan kerjasama dengan mitra bisnis atau diler yang selama ini menjadi kanal penyaluran, Adira juga akan fokus pada peningkatan pelayanan nasabah yang lebih baik.

Hafid menambahkan, hingga September 2017, industri otomotif tanah air masih mengalami tekanan. Penjualan sepeda motor masih turun 2% secara tahunan dan penjualan mobil masih cenderung stagnan. 

Meski bagitu, hingga September tahun ini, Adira Finance masih mampu membukukan pertumbuhan pembiayaan baru menjadi Rp 23,8 triliun atau naik 8% dibandingkan periode serupa di tahun lalu. 

Adapun target pembiayaan baru Adira Finance hingga akhir tahun ini diharapkan bisa menembus Rp 32 triliun-Rp 33 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×