kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sepi peminat, NPL kredit pemilikan apartemen memburuk


Rabu, 11 Juli 2018 / 16:23 WIB
Sepi peminat, NPL kredit pemilikan apartemen memburuk
ILUSTRASI.


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bankir menilai kredit properti sudah tumbuh membaik. Hanya saja, khusus untuk kredit pemilikan apartemen (KPA) masih melambat.

Direktur PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Nixon Napitupulu mengatakan segmen KPA menyumbang lebih banyak non performing loan (NPL) dibandingkan kredit pemilikan rumah (KPR). Hal ini dikarenakan permintaan KPA menurun termasuk daya beli masyarakat.

"Penjualannya turun (KPA) terutama apartemen yang di pinggiran itu drop sekali. Kami lagi cari relaksasi juga supaya penjualannya naik sehingga kredit konstruksinya bisa kebayar," ujar Nixon kepada Kontan.co.id, Selasa (10/7).

Meski begitu, mayoritas NPL KPA perseroan masih dalam kategori kolektibitas 2 (coll 2). Beberapa langkah yang dilakukan oleh BTN untuk mendorong KPA antara lain dengan mempermudah proses pengajuan kredit dan meringankan beberapa syarat seperti uang muka. Rata-rata ticket size KPA di BTN berada di kisaran Rp 500 juta-Rp 1 miliar.

"KPA lebih ke perubahan tren saja, karena KPR subsidi meningkat makanya porsi KPA turun," jelasnya. 

Selain itu, kelebihan suplai apartemen juga disebut-sebut menjadi penyebab melambatnya penyaluran KPA.

Meski begitu, secara total NPL BTN tengah membaik. Catatan Nixon, per Juni 2018 NPL perseroan berada di level 2,76%. 

Lantaran debitur besar tengah berniat menyelesaikan kreditnya, perseroan memprediksi pada bulan Juli 2018 NPL akan melandai hingga ke level 2,6%. Sementara sampai akhir tahun, bank bersandi emiten BBTN ini menarget NPL dapat menyentuh level 2,5%.

Selain BTN, pemain KPA lain yakni PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menyebut eksposur perseroan ke KPA memang terbilang tipis. Mayoritas kredit properti BCA masuk ke produk kredit pemilikan rumah (KPA).

Atas hal itu, pertumbuhan portofolionya memang tak sederas KPR. EVP Consumer Credit BCA Felicia Mathelda Simon juga menambahkan, NPL KPA di BCA saat ini masih terbilang rendah.

Meski begitu, pihaknya memang mengakui ada sedikit kenaikan NPL bila dibandingkan akhir 2017 lalu. Bank bersandi emiten bursa BBCA ini mencatat NPL KPA pada akhir Juni 2018 berada di level 1,08%. Posisi ini meningkat 17 basis poin (bps) dibanding NPL per Desember 2017 sebesar 0,91%. Namun kenaikan tersebut dinilai Felicia tidak terlalu signifikan dan masih termitigasi.

"Pembiayaan apartemen tidak terlalu banyak. NPL KPA juga tidak terlalu melonjak," katanya kepada Kontan.co.id, Rabu (11/7).

Sementara itu, Direktur Kosumer PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darwaman mengomentari baik KPR dan KPA tidak terlalu berbeda signifkan dari segi NPL. Lagi-lagi, hal ini disebabkan portofolio kredit perseroan ke segmen tersebut masih terbilang kecil.

Disamping itu, CIMB Niaga memang punya strategi sendiri untuk menahan laju NPL di seluruh produk. Salah satunya dengan menerapkan proses analisa kredit yang bersifat individual untuk memperkuat prinsip kehati-hatian.

"Memang mayoritas buku kami ada di KPR bukan di KPA. Perkembangan KPA kan relatif masih baru," ujarnya. 

Lani menambahkan, NPL KPA dan KPR saat ini relatif masih di bawah rata-rata pasar dan terjaga baik. Sayang, pihaknya belum dapat merinci besaran NPL dan eksposur kredit ke pembiayaan apartemen saat ini.

Setali tiga uang, Kepala Divisi Konsumer PT Bank OCBC NISP Tbk Veronika Susanti menjelaskan kalau dibandingkan dengan eksposur kredit properti, KPA di OCBC NISP masih relatif kecil.

Dari segi NPL juga masih terjaga, dikarenakan perseroan sangat selektif dalam memilih proyek-proyek apartemen. "Kami memilih proyek-proyek apartemen di lokasi yang memang marketnya sudah membutuhkan apartemen," tuturnya.

Meski begitu, kredit properti tidak menjadi penyumbang terbesar NPL OCBC NISP. 

Secara terpisah, Presiden Direktur OCBC NISP Parwati Surjaudaja mengatakan mayoritas NPL dikontribusi oleh sektor perdagangan dan manufaktur.

"NPL di kuartal II masih terjaga baik di bawah 2%. Masih on the track. Kontribusi NPL antara lain dari sektor perdagangan dan manufaktur," ujarnya. 

Senada dengan Nixon, Veronika menilai pasar apartemen memang sudah over suplai dalam beberapa tahun terakhir.

Hal ini dikarenakan banyak apartemen yang dibangun di kawasan yang sebetulnya belum memerlukan apartemen. Sebabnya, beberapa apartemen berdiri di kawasan lahan yang masih luas dan harga rumah landed yang masih terbilang terjangkau.

Hal ini membuat masyarakat lebih memilih membeli rumah ketimbang menempati apartemen. Perseroan juga mencatat, rata-rata NPL KPR dan KPA masih terbilang rendah di level 2% per Juni 2018. "NPL yang tinggi terjadi untuk KPR ruko, KPR refinancing, dan hal ini dialami oleh semua bank," jelas Veronika.

Sebagai informasi tambahan, Bank Indonesia (BI) dalam analisis uang beredar yang dirilis Mei 2018 menyebutkan kredit properti mengalami pertumbuhan 15,1% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp 840,4 triliun. Jumlah ini bahkan mengalami peningkatan dibandingkan periode April 2018 yang hanya naik 13,6% yoy.

Bila dirinci, KPR dan KPA tercatat meningkat dari 12,4% di bulan April 2018 menjadi 14,1% yoy per Mei 2018 dengan outstanding kredit mencapai Rp 430,3 triliun. Pertumbuhan ini terutama didorong oleh pertumbuhan KPR tipe 22-70 yang berlokasi di Jawa Barat serta KPR/KPA tipe di atas 70 yang berlokasi di Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×