kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Awas, NPL bank sudah mendekati 3%


Selasa, 19 April 2016 / 10:48 WIB
Awas, NPL bank sudah mendekati 3%


Reporter: Arsy Ani Sucianingsih, Nina Dwiantika | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Bankir harus bekerja ekstra keras agar tetap sehat hingga akhir tahun. Pasalnya, rasio kredit bermasalah atawa non performing loan (NPL) terus mendaki kendati penyaluran kredit masih melambat.

Coba tengok data terbaru Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Regulator perbankan ini mencatat, rasio NPL naik 38 basis poin (bps) menjadi 2,86% per Februari 2016 ketimbang akhir 2015 (year to date).

Selama dua bulan pertama tahun ini, kenaikan NPL tertinggi dialami bank kategori bank umum kegiatan usaha (BUKU) II atau bank ukuran sedang. NPL bank BUKU II naik 48 bps, tertinggi ketimbang bank kategori lain (lihat tabel). Kenaikan NPL yang hampir menyentuh level 3% ini menarik perhatian  otoritas.  

Kepala Departemen Pengawas Pembangunan Dan Manajemen Krisis OJK Dhani Gunawan Idat menyampaikan, regulator akan mewaspadai kredit bermasalah agar tidak terus meningkat.

Dewan Komisioner OJK Bidang Perbankan Nelson Tampubolon menuturkan, penyebab kenaikan NPL karena pertumbuhan kredit sangat lambat sehingga nilai pembaginya tidak tumbuh. Kondisi makro yang lesu  membuat pendapatan perusahaan turun. OJK menyatakan, rasio NPL sejatinya masih jauh dari batas maksimal rasio NPL yang dipatok di level 5%.

Asal tahu saja, data NPL yang direkam OJK merupakan NPL gross. “Sedangkan, NPL nett masih bisa dijaga,” kata Nelson kepada KONTAN, Senin (18/4).

Dipicu komoditas

Dhani menambahkan, tren kenaikan kredit macet ini terpicu dari kelesuan sektor komoditas yang kemudian merembet ke sektor lain. Memburuknya harga komoditas telah berimbas negatif terhadap sektor konstruksi, perdagangan besar dan kecil, serta perikanan.

OJK mencatat, NPL sektor pertambangan dan penggalian sebesar 4,63% atau senilai Rp 5,62 triliun per Februari 2016, secara tahunan alias year on year (yoy). Kenaikan NPL ini dibarengi dengan penurunan penyaluran kredit sebesar 11% pada periode yang sama.

Disusul NPL sektor kontruksi sebesar 4,84%, NPL sektor perdagangan besar dan kecil 4,22%, kemudian rasio kredit macet sektor perikanan sebesar 3,35%.

Meski kenaikan NPL tertinggi dialami bank ukuran sedang, bank besar atau BUKU IV pun tak lepas dari bayang-bayang NPL. Contoh, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) yang mencatat kenaikan NPL gross menjadi 2,80% per Maret 2016 ketimbang 2,10% per Maret 2015.

Direktur Bisnis Banking I BNI Herry Sidharta mengatakan, penyumbang kredit bermasalah dari kenaikan NPL kredit menengah di sektor perdagangan, perhotelan dan pariwisata.

Presiden Direktur PT Bank OCBC NISP Tbk Parwati Surjaudaja menyampaikan, rasio NPL tak banyak berubah di kuartal I 2016 atau di kisaran 1,46%. “Tahun ini kami upayakan tetap menjaga NPL di bawah 2,5%,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×