kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank BUMN siap jor-joran kredit infrastruktur


Minggu, 27 November 2016 / 15:30 WIB
Bank BUMN siap jor-joran kredit infrastruktur


Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Pemerintahan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo masih fokus pada infrastruktur di tahun 2017 mendatang. Kelompok bank BUMN siap mendanai pembiayaan kredit ke infrastruktur yang potensial seperti jalan tol, bandar udara (bandara), pelabuhan dan pembangkit tenaga listrik.

Kuswiyoto, Direktur Kelembagaan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) menyampaikan, pihaknya mengutamakan sektor infrastruktur di kredit korporasi. BRI mengincar kredit untuk infrastruktur tumbuh 30% atau mencapai Rp 58,6 triliun di tahun 2017 dari posisi prognosa kredit infrastruktur senilai Rp 45,11 triliun per akhir tahun 2016 nanti.

“Kalau nanti di tahun 2017 banyak proyek infrastrutur, BRI siap mendukung,” katanya, kepada KONTAN, akhir pekan. Adapun, bank berplat merah ini menargetkan kredit infrastruktur tumbuh 50% menjadi Rp 45,11 triliun di akhir tahun 2016 dari posisi Rp 30,08 triliun di akhir tahun 2015. Dengan realisasi kredit telah senilai Rp 41,50 triliun per September 2016.

Khusus untuk kredit korporasi akan tumbuh 10% di tahun 2017 dengan sektor infrastruktur yang menjadi andalan. Untuk kredit korporasi masih banyak mengalir ke segmen infrastruktur seperti listrik, transmisi listrik, jalan tol, pelabuhan dan logistik. Sedangkan korporasi yang paling besar menerima kredit adalah Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan Bulog.

Sependapat, Bob T. Ananta, Direktur Perencanaan dan Operasional PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mengatakan, sektor infrastruktur masih menjadi pilihan perusahaan dalam meningkatkan porsi kredit korporasi. “Kredit infrastruktur BNI dapat tumbuh di atas 20% hingga 27% di tahun depan,” ucap Bob.

Alasan bank berlogo 46 ini memperbesar aliran kredit ke infrastruktur. Pasalnya, sektor ini memiliki permintaan kredit yang tinggi, industrinya memiliki rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) yang rendah. Tak seperti kredit di sektor komoditas yang masih negatif meskipun masih ada peluang.

BNI menargetkan, oustanding kredit untuk infrastruktur mencapai Rp 127 triliun di tahun 2017 dan Rp 89 triliun di tahun 2016. Adapun, BNI mencatat penyaluran kredit ke infrastruktur sebesar Rp 77,86 triliun per September 2016 atau tumbuh 22,22% dibandingkan posisi Rp 63,72 triliun per September 2015.

Besaran kredit infrastruktur tersebut mengalir untuk kredit telekomunikasi sebesar Rp 10,21 triliun, untuk transporasi sebesar Rp 14,79 triliun, kemudian untuk jalan tol dan konstruksi senilai Rp 21,01 triliun, untuk minyak dan gas sebesar Rp 10,90 triliun, dan untuk tenaga listrik sebesar Rp 21,02 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×