kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Fed rate naik, bunga kredit sulit turun


Jumat, 23 Maret 2018 / 12:25 WIB
Fed rate naik, bunga kredit sulit turun
ILUSTRASI. Ilustrasi Pemangkasan Bunga Bank


Reporter: Galvan Yudistira, Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memutuskan mempertahankan suku bunga acuan BI 7-days reverse repo rate pada posisi 4,25%. Keputusan mempertahankan suku bunga ini dipilih setelah Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed) baru saja menaikkan suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR) sebesar 25 basis poin (bps) 1,5% sampai 1,75%.

Sejumlah bankir mengungkapkan hal ini bisa mempengaruhi aliran dana di Indonesia. Direktur Keuangan Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) Ferdian Satyagraha mengatakan, aliran dana bisa terpengaruh lantaran FFR diprediksikan naik tiga kali lagi.

Dengan potensi pembelian dolar AS akan meningkat, likuiditas akan mengetat di pasar. Bagi perbankan, kondisi ini berpengaruh pada kenaikan bunga kredit, guna menjaga dana yang mengalir ke bank. "Bank harus menjaga dana dengan menaikkan bunga terutama untuk perusahaan yang bersinggungan dengan luar negeri," katanya, Kamis (22/3).

Anggoro Eko Cahyo, Direktur Keuangan Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) menilai, dengan arah suku bunga global yang cenderung naik, ruang penurunan bunga acuan BI akan semakin tipis. Saat ini, suku bunga kredit bank secara industri sudah cukup rendah seiring penurunan bunga acuan.

Tahun ini, suku bunga acuan The Fed diproyekan naik sebanyak tiga kali lagi. Masing-masing kenaikannya sebesar 25 bps. Alhasil, pada akhir tahun 2018, bunga acuan The Fed akan bertengger di kisaran 2%-2,25%.

Sementara saat ini, suku bunga kredit perbankan Indonesia sudah cukup moderat bagi nasabah. Makin rendah suku bunga simpanan dan makin rendah biaya dana maka suku bunga kredit juga akan semakin rendah. Menurut Anggoro, suku bunga kredit BNI akan mengikuti arah suku bunga pasar. Hal ini untuk menjaga daya saing produk simpanan dan kredit.

Masih optimistis

Menurut Darmawan Junaidi, Direktur Tresuri PT Bank Mandiri, proyeksi suku bunga kredit akan tergantung pada kondisi ekonomi makro Indonesia dan faktor global.

Haryono Tjahjarijadi, Presiden Direktur Bank Mayapada berpendapat, tingkat inflasi yang terkendali dengan baik menjadi pertimbangan BI untuk tetap mempertahankan suku bunga acuannya. Toh, untuk suku bunga kredit, tergantung dengan suku bunga dana. "Jika likuiditas di pasar normal maka kenaikan suku bunga dana dan kredit sementara tidak akan terjadi," kata Haryono.

Meski begitu, kenaikan bunga kredit dan bunga dana tidak akan sama baik besarannya maupun dan waktunya. Secara umum, Bank Mayapada masih optimistis bahwa seiring dengan ketidakpastian di global, pasar domestik masih mempunyai potensi yang besar, tinggal cara meningkatkan pertumbuhan dan permintaan agar ekonomi bisa tumbuh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×