kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hapus buku berpotensi turun di akhir tahun


Kamis, 19 Oktober 2017 / 12:29 WIB
Hapus buku berpotensi turun di akhir tahun


Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para bankir memprediksi penerapan hapus buku atau write off akan berkurang hingga akhir tahun 2017. Langkah ini seiring dengan perbaikan kualitas rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL).

Salah satunya, PT Bank Mandiri Tbk memproyeksikan nilai hapus buku akan kurang dari Rp 10 triliun hingga akhir tahun ini. Nah, proyeksi ini lebih rendah dari realisasi hapus buku Bank Mandiri sebesar Rp 11,41 triliun di akhir tahun lalu.

Sekretaris Korporasi Bank Mandiri Rohan Hafas mengatakan, segmen kredit yang mendominasi hapus buku adalah kredit komersial dan kredit usaha kecil dan menengah (UKM).

"Debitur komersial yang paling banyak dilakukan hapus buku terkait dengan industri logam dan transportasi air," kata Rohan kepada KONTAN, Selasa (17/10). Sedangkan, untuk segmen UKM, sebagian besar debitur yang dilakukan hapus buku berasal dari segmen perdagangan dan eceran.

Direktur PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Nixon Napitupulu menyampaikan, nilai kredit yang dihapus buku sebesar Rp 700 miliar hingga akhir tahun ini. Angka ini lebih besar sedikit dari jumlah hapus buku BTN Rp 600 miliar pada akhir tahun lalu.

Bank berkode saham BBTN ini mencatat realisasi hapus buku terakhir sebesar Rp 400 miliar. Nixon mengharapkan nilai hapus buku pada tahun ini tidak sebesar tahun lalu. Dengan ini, BTN akan mencatat rasio NPL yang lebih baik di tahun ini.

Pada kuartal II-2017, BTN mencatat rasio NPL gross sebesar 3,23%. Adapun NPL net sebesar 2,24%.

Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mencatat kenaikan hapus buku sekitar 142%. Bank berlogo 46 ini telah melakukan hapus buku sebesar Rp 5,18 triliun di kuartal III-2017, dibandingkan posisi hapus buku Rp 2,17 triliun per kuartal III-2016.

Sektor penyumbang hapus buku terbesar di BNI adalah kredit korporasi sebesar 30,7%, diikuti dengan kredit bisnis kecil sebesar 24,4%, dan kredit menengah mencapai 23,7% dari total kredit yang dihapus buku.

Dilihat dari profil debitur terbesar yang dihapus buku, sebagian besar berasal dari industri pengemasan, yaitu sebesar Rp 411,7 miliar, disusul dari industri garmen sebesar Rp 67 miliar.

Direktur Utama PT Bank Bukopin Tbk Glen Glenardi menjelaskan, ada beberapa pertimbangan yang dilakukan oleh perbankan sebelum melakukan hapus buku. Misalnya, Bukopin hapus buku hanya untuk kredit konsumer yang tidak memiliki jaminan fixed aset. "Seperti kartu kredit," jelasnya.

Perlakuan berbeda diberikan terhadap kredit UKM dan komersial yang memiliki jaminan. Soalnya, kredit kedua segmen tersebut memiliki jaminan aset, terutama dalam bentuk properti. Namun Glen belum bersedia menyebutkan, sejauh ini nilai hapus buku yang telah dilakukan oleh bank dengan kode saham BBKP ini.

Sekretaris Perusahaan Bank Central Asia Tbk (BCA) Jan Hendra menyatakan, porsi terbesar hapus buku disumbang kredit konsumer. "Kredit lainnya kecil," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×