kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

HSBC: tabungan dan deposito bukan andalan saat ini


Selasa, 14 November 2017 / 16:24 WIB
HSBC: tabungan dan deposito bukan andalan saat ini


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebagian besar masyarakat Indonesia dinilai oleh PT Bank HSBC Indonesia masih memilih produk tabungan dan deposito sebagai solusi andalan dalam menyiapkan pendanaan untuk kebutuhan masa sekarang maupun jangka panjang, yang terencana maupun yang tidak terduga.

Namun memasuki era zaman milenial, tabungan dan deposito sepertinya tidak bisa lagi menjadi andalan untuk pengelolan keuangan jangka panjang. Hal ini karena return atau imbal hasil yang didapatkan semakin menurun seiring tren suku bunga rendah saat ini.

Bahkan, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sendiri per tanggal 3 November 2017 telah menurunkan maksimum suku bunga penjaminan untuk bank umum menjadi 5,75% yang merupakan penurunan kedua di tahun 2017. Sementara bila dibandingkan dengan awal tahun 2016, LPS masih berada di 7,50%, yang berarti suku bunga penjaminan LPS telah turun sebanyak 6 kali atau sebesar 1,75% dalam kurun waktu kurang dari 2 tahun.

Di tengah rendahnya tingkat suku bunga dan tren penurunannya, serta perhitungan inflasi, dinamika kebutuhan, dan gaya hidup zaman now, HSBC memandang perlunya Masyarakat Indonesia untuk melengkapi produk tabungan dan deposito yang telah dimilikinya dengan produk-produk keuangan lainnya agar makin mampu mendukung terwujudnya stabilitas keuangan jangka panjang, seperti produk-produk investasi, asuransi, atau layanan Wealth Management.

“Kebutuhan masyarakat kini makin kompleks dan biaya untuk memenuhinya pun makin mahal. Biaya pendidikan contohnya, survei terbaru HSBC Value of Education mengungkapkan bahwa untuk membiayai pendidikan anak hingga S1 di Indonesia setidaknya diperlukan biaya sedikitnya Rp 250 juta," ujar Head of Wealth Management PT Bank HSBC Indonesia Steven Suryana di Jakarta, Selasa (14/11).

Biaya itu tambah dia, belum termasuk pendanaan untuk pendidikan non-formal yang kini banyak diikuti oleh kids zaman sekarang, seperti robotik, musik, tari, coding, hingga bahasa asing. "Tapi, dinamika ini belum didukung oleh budaya pengelolaan keuangan jangka panjang yang strategis dan pemilihan produk-produk keuangan yang tepat di kalangan Masyarakat Indonesia," paparnya.

Berdasarkan studi HSBC Power of Protection 2017, hanya 35% Masyarakat Indonesia yang mengaku telah memiliki pengelolaan keuangan dengan baik. Sebagian besar lainnya mengaku belum memiliki antisipasi yang memadai jika terjadi peristiwa tidak terduga yang berdampak signifikan terhadap stabilitas keuangan mereka.

“Literasi keuangan yang masih rendah juga menjadikan sebagian besar masyarakat belum memiliki pengetahuan yang lengkap tentang produk-produk keuangan apa saja yang tepat untuk mendukung terwujudnya aspirasi-aspirasi mereka serta mengantisipasi kejadian-kejadian tak terduga,” tambah Steven.

Atas hal itu, Wealth Management HSBC diyakini dapat menjawab tantangan tersebut dan masyarakat dapat memperoleh edukasi dan arahan dalam membangun strategi pengelolaan keuangan yang sesuai dengan kebutuhan per individu, termasuk memilih produk-produk keuangan dan mengenal manfaat serta risikonya.

"Kami optimistis nilai-nilai layanan Wealth Management HSBC akan makin diminati jika melihat kecenderungan kalangan muda yang mulai gemar menyimpan dan memutar uang guna mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Berdasarkan studi HSBC, rata-rata Milenial Indonesia mulai menabung di usia 27," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×