kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini alasan pemerintah patok tingkat imbalan sukri SR-010 sebesar 5,90%


Jumat, 23 Februari 2018 / 13:48 WIB
Ini alasan pemerintah patok tingkat imbalan sukri SR-010 sebesar 5,90%
ILUSTRASI. Peluncuran Sukuk Negara Ritel seri SR-010


Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah resmi membuka masa penawaran sukuk negara ritel (sukri) seri SR-010 bertenor 3 tahun mulai Jumat (23/2) hingga tanggal 16 Maret mendatang. Tingkat imbalan yang ditawarkan untuk penerbitan sukri pada tahun ini hanya mencapai 5,90% per tahun.

Sebagai informasi, SR-010 menjadi seri sukri dengan nilai tingkat imbalan terendah sejak pertama kali diperkenalkan tahun 2009 silam.

Direktur Jenderal Pembiayaan Pengelolaan dan Risiko Kemkeu, Luky Alfirman mengatakan, tingkat imbalan sebesar 5,90% didapatkan setelah pihaknya melakukan studi secara mendalam dan berkonsultasi dengan pihak agen penjual.

Lebih lanjut, pihak DJPPR juga mempertimbangkan kondisi di pasar sekunder sebelum menetapkan tingkat imbalan sukri pada tahun ini. "Kami harus mengacu pada imbal hasil obligasi bertenor sama dengan sukri yang ada di pasar sekunder," tutur Luky, Jumat (23/2).

Sebagai acuan, tingkat imbalan Sukri SR-010 sebenarnya masih lebih tinggi ketimbang obligasi negara untuk tenor yang sama. Hari ini (23/2), seri obligasi negara FR0034 yang jatuh tempo pada tahun 2021 mendatang memiliki imbal hasil sebesar 5,74%.

Walau tingkat imbalannya tergolong rendah, Luky yakin Sukri SR-010 tetap akan menarik bagi investor ritel mengingat instrumen tersebut memiliki sejumlah keunggulan yang belum tentu dimiliki instrumen investasi lainnya.

Ia pun menyebut tantangan terbesar bagi penerbitan sukri saat ini adalah kondisi pasar obligasi yang tengah bergejolak akibat kuatnya sentimen eksternal. Hal itu berdampak pada koreksi harga surat utang negara (SUN) di pasar sekunder. "Kami harus lebih hati-hati dalam menentukan tingkat imbalan karena pasar memang kurang stabil," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×