kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45997,15   3,55   0.36%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini sosok Setiawan Ichlas dalang akuisisi Muamalat


Senin, 16 Oktober 2017 / 10:46 WIB
Ini sosok Setiawan Ichlas dalang akuisisi Muamalat
ILUSTRASI. SEVP Human Capital Bank Muamalat Riksa Prakoso mengatakan, Program Beasiswa Anak Karyawan merupakan program tahunan yang dicanangkan Bank Muamalat sebagai salah satu upaya perusahaan meringankan beban biaya pendidikan yang harus dikeluarkan karyawan.


Reporter: Adi Wikanto | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nama Setiawan Ichlas mendadak populer pasca memiliki 13,27% saham PT Minna Padi Investama Sekuritas Tbk (PADI). Apalagi, setelah PADI menyatakan bakal mengakuisisi 51% saham Bank Muamalat.

Lahir dan besar di Palembang, Setiawan Ichlas terlahir dari keluarga sederhana. Lahir pada 10 April 1977, pria yang akrab disapa Iwan ini menyebut dirinya terjun ke dunia bisnis untuk pertama kalinya sejak masih duduk di bangku sekolah.

Dalam bisnis, Iwan menyebut dirinya tidak punya kerabat pengusaha. Seluruh usahanya, dimulai dari nol, pun tanpa bimbingan ayah kandungnya yang meninggal dunia saat usianya masih 16 tahun.

Saat berbincang dengan KONTAN di bilangan SCBD, Sudirman, Kamis (12/10), Iwan berkisah dirinya sangat tertarik berbisnis di sektor riil. Beberapa bisnis yang digarap Iwan antara lain, transportasi atau jasa, perkebunan, trading, pertambangan batubara, belakangan jasa keuangan.

Tidak berhenti di situ, dalam gurita bisnisnya Iwan juga memiliki sejumlah pelabuhan yang tersebar di Indonesia. Antara lain di Palembang, Lampung serta Kalimantan.

Khalayak kemudian baru mengenal namanya, pasca dia memiliki 13,27% saham PT Minna Padi Investama Sekuritas Tbk (PADI) awal Agustus 2017 lalu. Ia membeli saham PADI di harga Rp 350 per saham, alias bermodal Rp 525 miliar.

Akhir pekan lalu, harga saham PADI sudah Rp 1.410. Dus, potensi keuntungan Iwan sudah mencapai Rp 1,56 triliun.

Bukan kali ini saja, Iwan pernah terlibat dalam pembelian saham dalam jumlah besar. Asal tahu saja, pria yang kini baru berusia 40 tahun itu pernah menjadi pemegang saham mayoritas PT Bank Pundi Indonesia Tbk (BEKS) yang sekarang telah berganti nama menjadi PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (BPD Banten).

Iwan sempat menguasai mayoritas saham Bank Pundi setelah membelinya dari Grup Recapital. Seiring berjalannya waktu, saham itu dia lepas kepada Pemprov Banten, hingga akhirnya menyisakan sekitar 20% hingga saat ini. Namun nama Iwan tak terlihat dalam struktur kepemilikan saham, karena saham itu dia sebar ke sejumlah kerabat.

Secara singkat, Iwan menyebut strategi bisnisnya dengan mengambil alih perusahaan bermasalah. Hal ini yang dilakukannya kala membeli Bank Pundi yang terpuruk karena biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) serta kredit bermasalah (NPL) yang tinggi.

Hal yang sama, kini akan dia lakukan terhadap Bank Muamalat Indonesia. Dengan menggandeng sejumlah lembaga keuangan, seperti dana pensiun dan international sovereign fund, Iwan akan menginjeksi dana senilai Rp 4,5 triliun ke Bank Muamalat di bawah bendera Minna Padi.

Ia akan masuk dengan menjadi pembeli siaga rencana penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias rights issue Bank Muamalat. Kelak, Minna Padi akan menguasai minimal 51% saham Bank Muamalat.

Iwan lantas akan memberikan 2,5% saham Muamalat kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan 1%-1,5% ke Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI).

Ketua Umum MUI, Ma'ruf Amin menyambut kalau Iwan akan memberikan 2,5% saham Bank Muamalat ke MUI. "Dulu, kami pernah rutin mendapatkan dividen, namun berhenti setelah investor dari Arab datang ke Bank Muamalat," tutur Ma'ruf, kepada KONTAN, Minggu (15/10).

Ma'ruf mengaku tidak mengenal secara personal sosok Iwan. Ma'ruf yang juga anggota dewan syariah Bank Muamalat, baru tahu Iwan baru-baru ini saja.

Nama lain

Yang menarik, semasa bujang, Iwan akrab dikenal dengan nama Iwan Bomba. Awal mula nama ini muncul ketika Iwan berhasil sukses di Jakarta. Merasa lebih dari cukup akan kesuksesannya, Iwan pun kembali ke kampung halamannya di Lubuklinggau, Sumatera Selatan.

Kala kembali ke tempat kelahirannya, Iwan pun sesegera mungkin mencari cara untuk merubah dirinya. Alhasil, Iwan yang memiliki keterampilan dalam bidang elektronik ini mulai mendirikan sebuah usaha sewa organ tunggal.

Nama Bomba sendiri muncul dari sebuah merek Televisi Toshiba keluaran tahun 2000an. Lagi-lagi bisnis yang Ia jalani ini pun sukses, dan nama Iwan Bomba pun tersebar di kalangan rekan bisnis dan teman-teman Iwan di Palembang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×