kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jadi induk, Inalum akan mengoptimalkan anak


Kamis, 07 Desember 2017 / 06:34 WIB
Jadi induk, Inalum akan mengoptimalkan anak


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - KUALA TANJUNG. Resmi menyandang status sebagai induk dalam holding BUMN Pertambangan per akhir bulan lalu, PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) alias Inalum mulai menyusun rencana melibatkan anak-anak perusahaan. Mereka bercita-cita swadaya bahan baku aluminium yakni alumina. Tujuannya mengurangi ketergantungan impor.

Selama ini, Inalum mengimpor alumina dengan harga sekitar US$ 350 per ton. Padahal bahan pembuat alumina yakni bauksit, berlimpah di Kalimantan. Harga ekspor bauksit tersebut hanya US$ 20–US$ 30 per ton. Adapun harga aluminium kini mencapai US$ 2.100 per ton.

Carry EF Mumbunan, Direktur Umum dan Sumber Daya Manusia PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) menggambarkan, butuh 2 ton bauksit untuk memproduksi 1 ton alumina. Sementara untuk membuat 1 ton aluminium memerlukan 2 ton alumina.

Biaya produksi yang besar itu mendorong Inalum untuk membangun smelter atau fasilitas pengolahan bauksit di Kalimantan Barat dengan melibatkan PT Aneka Tambang Tbk. Rancangan kapasitas produksinya mencapai 1 juta ton per tahun.

Inalum masih dalam tahap feasibility study pendanaan. Namun mereka memperkirakan butuh dana sekitar US$ 670 juta. "Rencananya akan dibangun dalam satu atau dua tahun ke depan," kata Mohammad Rozak, General Manager HRD PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) di Kuala Tanjung, Sumatra Utara Selasa (5/12).

Tak cuma pabrik pengolah bahan baku, Inalum juga akan membangun pembangkit listrik. Tujuan mereka adalah mendapatkan listrik dengan harga murah. Untuk rencana tersebut, Inalum melibatkan PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk.

Menurut rencana sementara, Inalum sedang mengkaji pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas 2x350 MW di Kuala Tanjung. Namun rencana itu masih terkendala analisis dan dampak lingkungan (amdal). Ada pula rencana membangun pembangkit listrik mulut tambang.

Hingga kini, pabrik aluminium Inalum di Kuala Tanjung mengandalkan pasokan listrik dari dua pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang dimiliki di Paritohan, Toba Samosir. Keduanya yaitu PLTA Tangga dan PLTA Sigura-gura dengan kapasitas 600 MW. Listrik tersebut mengalir melalui jaringan transmisi sepanjang 170 kilometer (km).

Inalum juga menyertai rencana ekspansi ke depan dengan pengembangan dermaga pelabuhan di Kuala Tanjung. Tahun depan, mereka akan memperluas dermaga hingga 200 meter berbekal anggaran US$ 60 juta. Nanti dermaga itu bisa menampung kapal besar hingga berukuran 60 GT.

Inalum yakin, aneka rencana ekspansi tak akan sia-sia. Sebab, potensi permintaan aluminium dalam negeri masih besar. Mereka mengaku sedang melakukan penjajakan suplai 200.000 velg mobil yang membutuhkan aluminium dengan Toyota. "Kemudian militer juga datang ke kami untuk mengkaji di PT Dahana untuk produksi isi roket dengan menggunakan aluminium," jelas Carry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×