kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jasindo & ASM ekspansif di asuransi penerbangan


Minggu, 01 Februari 2015 / 15:01 WIB
Jasindo & ASM ekspansif di asuransi penerbangan
ILUSTRASI. Ukuran Download Genshin Impact 4.0 (Android, iOS, PC), Fitur Pra-Unduh Sudah Dibuka


Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. PT Asuransi Jasindo (Persero) dan PT Asuransi Sinar Mas menanggung klaim besar atas peristiwa naas yang dialami Air Asia QZ8501 beberapa waktu lalu. Jasindo menanggung 60% dari total klaim, sementara Sinar Mas meretensi risiko 40% dalam skema co-insurance asuransi penerbangan.

Berdasarkan informasi yang diterima KONTAN, keduanya menanggung klaim untuk liability (asuransi penumpang) sebesar 30 juta dollar AS. Sedangkan, klaim untuk rangka kapal diperkirakan 46,2 juta dollar AS. Dana tersebut sudah disiapkan dan diparkir lewat pialang reasuransi Jardine Lloyd di London.

Beruntung, Jasindo dan Sinar Mas memiliki back up dari reasuransi internasional. Itu artinya, tidak seluruh total klaim dan manfaat harus merogoh kocek kedua perusahaan asuransi kerugian nasional tersebut. Namun, alih-alih jera, keduanya malah akan menggenjot pendapatan premi dari lini bisnis asuransi penerbangan.

"Tahun ini, Jasindo akan lebih agresif di industri asuransi penerbangan. Kami akan lebih hati-hati, tetapi agresif. Tahun lalu, premi asuransi penerbangan Rp 580 miliar. Kami akan meningkatkan kolaborasi dengan pasar internasional dan domestik," ujar Sahata L Tobing, Direktur Jasindo, pekan lalu.

Salah satu faktor pendukung, potensi pasar internasional menaikkan tarif premi asuransi penerbangan. Kenaikan ini membuat kantong pendapatan premi yang dihimpun semakin gemuk. Belum lagi, industri penerbangan itu sendiri tengah berkembang seiring dengan meningkatnya jumlah penumpang angkutan udara.

Selain itu, Jasindo juga menargetkan pertumbuhan total premi tahun ini di kisaran 9%, yaitu dari Rp 4,6 triliun di sepanjang tahun lalu menjadi sebesar Rp 5 triliun. "Kami menargetkan pertumbuhan di seluruh lini bisnis, kebakaran, migas, dan otomotif, termasuk asuransi penerbangan," terang dia.

Sinar Mas lain lagi ceritanya. Pertumbuhan premi asuransi penerbangan, menurut Dumasi MM Samosir, Direktur Sinar Mas, masih sangat mini. Harap maklum, lini bisnis ini bukan bisnis inti perusahaan. Selain karena dibutuhkan keahlian khusus dalam menggarap penutupan bisnis asuransi penerbangan.

"Pertumbuhan premi asuransi penerbangan kecil. Apalagi, retensi (risiko ditahan sendiri) kami juga tidak terlalu besar, kami selalu buang ke reasuransi. Tetapi ya kalau ada proyek memang besar. Namun, bukan berarti kapok. Rasio klaimnya masih sangat baik, artinya bisnisnya masih menjanjikan," imbuh Dumasi.

Hal ini bertolak belakang dengan pernyataan Syarifudin, Direktur Teknik dan Luar Negeri Jasindo. Sebelumnya ia menyebutkan, volume premi dan klaim asuransi penerbangan di dunia tidak seimbang. Saat ini, volume premi di dunia mencapai 1,5 miliar dollar AS, sementara klaimnya diperkirakan mencapai 2,5 miliar dollar AS sampai akhir tahun lalu.

Karena kondisi itu, sangat berpotensi premi asuransi penerbangan mengalami kenaikan, terutama setelah beberapa kejadian yang menimpa dua pesawat Malaysia Airlines dan terakhir, Air Asia QZ 8501. Bahkan, beberapa maskapai telah membayar premi asuransi penerbangan lebih mahal ketika melakukan renewal bisnis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×