kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kredit berpotensi tumbuh, bank BUMN atur strategi pencadangan


Jumat, 09 Februari 2018 / 18:57 WIB
Kredit berpotensi tumbuh, bank BUMN atur strategi pencadangan
ILUSTRASI.


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Sofyan Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank plat merah bakal menjaga pencadangan tahun ini guna mengantisipasi kredit bermasalah atau non performing loan (NPL). Hal ini juga didorong oleh pertumbuhan kredit yang semakin deras di tahun 2018.

Direktur Strategy, Risk and Compliance PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Mahelan Prabantarikso mengatakan meski belum merilis laporan keuangan, diperkirakan rasio pencadangan BTN tahun 2017 ada di kisaran 45%.  Sedangkan rasio pencadangan tahun ini bakal dipatok di kisaran 49%.

Peningkatan rasio pencadangan tahun ini juga sebagai ancang-ancang menghadapi pertumbuhan kredit sebesar 20%. "Melihat pertumbuhan kredit di BTN di tahun 2017 diperkirakan di atas 20% maka coverage ratio BTN akan mengalami peningkatan," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (8/2).

Menurut Mahelan, penambahan biaya pencadangan ini juga beriringan dengan tingkat NPL yang membaik. Kendati pencadangan ditingkatkan, jumlahnya belum akan bertambah banyak dari posisi tahun lalu. Dampaknya, Mahelan berharap laba BTN dapat tumbuh hingga 25% di tahun ini. Dengan asumsi, NPL terjaga di kisaran 2,3% sampai akhir tahun 2018.

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) optimistis bakal mempertahankan besaran pencadangan. Direktur Keuangan BNI Rico Rizal Budidarmo mengatakan tahun lalu perseroan telah menurunkan biaya pencadangan sebanyak 13,6% secara tahunan atau year on year (yoy). Catatan saja, berdasarkan presentasi keuangan BNI tercatat total pencadangan perseroan tahun 2017 mencapai Rp 7,12 triliun. Jumlah tersebut, turun sebanyak Rp 727 miliar dari posisi tahun sebelumnya.

Rico menjelaskan, penurunan pencadangan utamanya disebabkan kualitas kredit BNI yang membaik. Terlihat dari NPL yang menurun cukup banyak dari 3% pada 2016 menjadi 2,3% tahun lalu. Melihat tren tersebut, bank bersandi saham BBNI ini yakin dapat menjaga kualitas kredit debitur seiring berbagai inisiatif perbaikan dari sisi proses bisnis dan mitigasi risiko kredit.

"Hal ini dilakukan agar kami dapat mengelola secara optimal faktor utama yang mempengaruhi peningkatan pencadangan, yaitu memburuknya kualitas kredit debitur," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (9/2). Meski begitu Rico beranggapan, tahun ini biaya pencadangan bisa saja ditingkatkan apabila kondisi makro ekonomi dan usaha debitur tak kunjung membaik.

Tak hanya BNI yang memangkas biaya pencadangannya, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk juga memotong biaya pencadangan hingga Rp 8,69 triliun dari Rp 24,6 triliun di tahun 2016 menjadi hanya Rp 16 triliun akhir tahun lalu. Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo beranggapan pemangkasan tersebut dilakukan seiring menurunnya rasio NPL dari 4% tahun 2016 menjadi 3,46% akhir tahun lalu.

Berbeda dengan bank plat merah lainnya, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk justru meningkatkan biaya pencadangan dari Rp 13,79 triliun di akhir tahun 2016 menjadi Rp 17,23 triliun. Jumlah tersebut meningkat secara tahunan sebanyak 25%.

Analis Senior PT Bahana Sekuritas Henry Wibowo menilai rendahnya penyaluran kredit pada tahun lalu menjadi alasan utama biaya pencadangan bank mengalami penurunan. Meski begitu, kualitas kredit tahun lalu memang mengalami perbaikan. Alhasil, tren penurunan biaya pencadangan yang disisihkan perbankan untuk menutupi kredit bermasalah, menurutnya akan terus berlanjut sepanjang tahun 2018.

Dus perbaikan dari sisi kredit bermasalah dan belum banyak bergeraknya biaya pencadangan ini, dinilai akan mendorong laba bersih perbankan secara industri ke level 14% hingga 15%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×