kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Laba BRI dan BNI di kuartal III 2019 hanya tumbuh satu digit, apa penyebabnya?


Kamis, 24 Oktober 2019 / 17:59 WIB
Laba BRI dan BNI di kuartal III 2019 hanya tumbuh satu digit, apa penyebabnya?
ILUSTRASI. Direktur Utama Bank BRI Sunarso (kiri) didampingi para direksi saat memberikan paparan kinerja kuartal III-2019 BRI di Jakarta, Kamis (24/10). PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) hingga akhir kuartal III-2019 membukukan laba sebesar Rp 24,8 triliun, laba t


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perolahan laba bersih beberapa bank masih belum begitu kencang di kuartal III 2019. Ambil contoh, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang mencatatkan pertumbuhan laba masih di kisaran satu digit.

Sampai dengan kuartal III 2019 lalu, BRI mencetak laba bersih sebesar Rp 24,8 triliun atau hanya meningkat 5,4% dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 23,54 triliun. Sedangkan BNI sampai dengan akhir September 2019 membukukan laba bersih Rp 11,97 triliun atau baru tumbuh 4,7% secara yoy.

Head of Research Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma menilai penurunan laba dua bank BUMN tersebut memiliki dua penyebab yakni efek pengetatan likuiditas dan peningkatan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL). Menurutnya, bank seperti BNI yang pada akhir tahun 2018 lalu memiliki likuiditas cukup longgar, sehingga BNI punya kemampuan untuk mendorong pertumbuhan kredit.

Baca Juga: NPL meningkat, laba BRI hanya tumbuh 5,4% di kuartal III-2019

Namun, pada kuartal I dan II 2019 saat tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI7DRRR) naik, berbalik terhadap kinerja BNI. Hasilnya, margin yang diperoleh BNI tidak maksimal, karena pendapatan bunga bersih belum sesuai ekspektasi. "Net interest income (NII) menjadi agak turun, ini berpengaruh ke laba pastinya," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (24/10).

Pada kuartal II 2019, kata Suria, BNI sudah lebih berhati-hati menyalurkan kredit untuk menjaga profil margin.

Sedangkan untuk BRI, penurunan laba lebih disebabkan oleh kenaikan kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) dua debitur bermasalah seperti Bosowa dan Duniatex. Per kuartal III 2019, NPL BRI tercatat 3,08% secara gross, meningkat dari periode sama tahun lalu 2,54%.

Ini membuat BRI memupuk biaya provisi alias pencadangan lebih tinggi atau naik sekitar 10% dari setahun sebelumnya. Ujungnya, membuat laba BRI menjadi tertekan.

Baca Juga: Bank Negara Indonesia (BNI) naikkan rasio pencadangan jadi 159,2% di kuartal III-2019

Meski begitu, Suria memproyeksikan, perbankan masih bisa mencatatkan laba bersih tinggi di akhir tahun ini. Apalagi Bank Indonesia (BI) kembali menurunkan BRI7DRRR menjadi 5% dari 5,25%.

BI diperkirakan bakal kembali menurunkan suku bunga di bulan November atau Desember 2019. "Tahun lalu itu BI7DRRR naik 175 basis poin (bps), sekarang baru turun 100 bps, jadi kemungkinan besar masih bisa turun lagi," terangnya.

Penurunan bunga acuan akan memberikan angin segar bagi industri perbankan lantaran kemampuan bank untuk mengurangi biaya bunga menjadi lebih kuat sekaligus mampu meningkatkan net interest margin (NIM) perbankan yang belakangan kian seret.

Baca Juga: Tumbuh 13,23%, segmen mikro menopang kredit BRI

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×