kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menakar instrumen pendanaan baru emiten BUMN


Rabu, 18 Oktober 2017 / 22:14 WIB
Menakar instrumen pendanaan baru emiten BUMN


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun-tahun Penyertaan Modal Negara (PMN) sudah berakhir. Emiten pelat merah perlu putar otak guna menutup pendanaan infrastruktur yang menggunung.

Komodo Bonds menjadi salah satu instrumen pendanaan yang paling baru. Komodo Bonds sejatinya tak berbeda jauh dengan obligasi konvensional lain. Yang jadi pembeda adalah, denominasinya yang menggunakan kurs rupiah.

David Sutyanto, analis First Asia Capital mengatakan, Komodo Bonds diterbitkan menggunakan denominasi rupiah, sehingga emiten setidaknya sudah mengurangi satu risiko yakni fluktuasi kurs.

Bagi calon investor, sesuatu yang baru harusnya menjadi lebih menarik. David bilang, kupon menjadi faktor utama yang menentukan apakah surat utang itu bakal laku diserap pasar internasional atau tidak.

Pasalnya, kurs rupiah bukan merupakan kurs kuat seperti dollar AS atau pun yuan China. "Jadi, tinggi rendahnya kupon menentukan minat investor," imbuhnya, Rabu (18/10).

Reza Priyambada, analis Binaartha Sekuritas sependapat. Kupon jadi penentu. Obligasi negara tenor 10 tahun bisa menjadi benchmark. "Selisih 5 basis point hingga 10 basis point di atas benchmark itu sudah menarik," ujarnya.

Sedikit gambaran, kupon obligasi negara tenor 10 tahun berada pada level 6,8% hingga 7%. Anggap kupon Komodo Bonds selisih 5 basis point, berarti sekitar 7,3%.

China sebelumnya telah menerbitkan obligasi serupa. Namanya Dim Sum Bonds. Kupon yang ditawarkan hanya 3,78%. Jadi, seharusnya Komodo Bonds juga bisa menjadi pertimbangan investor.

Meski imbal hasilnya bisa lebih rendah dari obligasi, namun minat investor akan instrumen ini bisa dibilang tinggi. Sebab, yang menjadi underlying adalah arus kas.

"Yang disekurtisasi itu Tol Jagorawi. Tol ini tidak akan pernah sepi," jelas David kepada Kontan.co.id, Rabu (18/10).

Meski demikian, bukan berarti sekrutitisasi aset melalui kontrak investasi kolektif tanpa kekurangan. Reza Priyambada, analis Binaartha Sekuritas bilang, instrumen investasi ini tidak seluwes instrumen konvensional.

"Hampir seperti sukuk, pasar untuk memperjualbelikan instrumennya terbatas," jelasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×