kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Nubank, bangun teknologi & genjot inklusi, bukan channeling atau nebeng aplikasi lain


Sabtu, 04 Desember 2021 / 14:55 WIB
Nubank, bangun teknologi & genjot inklusi, bukan channeling atau nebeng aplikasi lain
ILUSTRASI. Dompet digital


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Ahmad Febrian

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Bank digital menjadi fenomena baru. Banyak pemain anyar terjun di bisnis ini. Di Indonesia, para pemain itu memilih mengakuisisi bank kecil lalu mengkonversi menjadi bank digital. 

Alih-alih ingin mencontek kesuksesan bank digital global, cara yang ditempuh bank digital di Indonesia sangat berbeda dengan kisah bank digital global. Mari kita tengok kisah Nubank.
 
Bank digital ini memiliki 48,1 juta nasabah di Brasil, Meksiko, dan Kolombia.  Nubank memiliki valuasi US$ 30 miliar atau Rp 432 triliun dengan patokan kurs Rp 14.400 per dollar Amerika Serikat. 
 
Bank ini memang menggarap  kalangan bawah, dan berangkat dari stereotip,  orang berpenghasilan rendah memiliki risiko lebih tinggi. Padahal  kalangan berpenghasilan tinggi juga bisa berisiko tinggi.
 
Dalam menyalurkan kredit ke kalangan bawah ini, Nubank  menerapkan batas kredit secara berjenjang, dimulai dengan memberikan kredit dengan batas maksimal senilai US$ 10. 
 
Nyatanya, kalangan bawah ini  bertanggung jawab, membayar tepat waktu.  Oleh karena itu, Nubank menaikkan batas kredit menjadi US$ 100 untuk 30 hari kemudian. Jika bertanggung jawab dan membayar tepat waktu, batasnya naik menjadi US$ 1.000 dengan bunga rendah.
 
Para nasabah itu  membangun riwayat kredit baik dan mendapatkan suku bunga lebih rendah. Sementara Nubank  menggunakan teknologi untuk  mengukur risiko. Misalnya, tak hanya mempertimbangkan riwayat kredit pemohon sendiri. Juga catatan pembayaran.
 
Sementara bank digital Indonesia enggan berkeringat seperti Nubank. Tapi ingin disamakan dengan bank asal Brasil  itu. Bank digital Indonesia memilih mengucurkan kredit channeling. Entah menggandeng financial technology (fintech) atau multifinance. Dengan alasan baru berkembang. 
 
Bank digital Indonesia juga bekerjasama dengan aplikasi lain untuk membuka rekening atau cross selling,. Seperti menawarkan produk asuransi, reksadana dan produk keuangan lain dengan menggandeng pihak ketiga. 
 
Dengan cara itu, bank digital Indonesia menganggap sudah punya sistem canggih. Padahal idealnya bank digital itu seperti Nubank. Bagaimana menggunakan teknologi untuk membangun inklusi keuangan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×