kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pendanaan seret, bisnis pembiayaan properti menciut


Minggu, 25 Agustus 2019 / 20:45 WIB
Pendanaan seret, bisnis pembiayaan properti menciut


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis pembiayaan properti tahun ini bakal terus mengecil. Pasalnya, jumlah pemain di segmen ini terus berkurang dan kebutuhan pendanaan jangka panjang juga seret.

Contohnya saja, PT Chandra Sakti Utama Leasing (CSUL Finance) sudah tidak menyediakan lagi produk ini sejak tahun lalu karena modal terbatas. Pada periode yang sama PT Verena Multi Finance Tbk (VRNA) juga menyetop produk ini demi fokus pada segmen ritel di pembiayaan otomotif.

Baca Juga: Dorong KPR syariah, Bank Mandiri Syariah gandeng Metland

“Sejak 2018, Verena tidak melakukan pembiayaan properti. Tapi untuk pelunasan kredit sebelumnya, masih di-maintain sesuai dengan tenor,” kata Direktur Verena Multi Finance Andi Harjanto kepada Kontan.co.id, pekan lalu.

PT Batavia Properindo Finance Tbk (BPFI) justru belum berencana memperbesar porsi pembiayaan properti tahun ini. Direktur Utama BPFI Markus Dinarto Pranoto menjelaskan alasan perusahaan tidak terlalu agresif di segmen ini.

“Karena kredit perumahan itu jangka panjang, kemudian pendanaannya juga tidak mudah serta persaingan bunganya cukup ketat,” keluhnya.

Dengan kondisi tersebut, perseroan tidak bidik target khusus. Meski demikian, perseroan masih mencatatkan pembiayaan properti sebesar Rp 32 miliar per Agustus 2019 atau sama dengan realisasi tahun lalu.

Baca Juga: NPF Ventura Giant Asia turun 0,2% di semester I, begini strateginya

Porsi pembiayaan properti properti BPFI sekitar 3%-5%. Sedangkan 80% masih didominasi pembiayaan mobil bekas dan sisanya pembiayaan alat berat.

Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno membenarkannya bahwa bisnis pembiayaan properti masih terkendala pendanaan dari perbankan yang hanya menawarkan tenor pendek. Sementara Kredit Pemilikan Rumah (KPR) memerlukan waktu panjang.

Dengan kondisi tersebut, portofolio pembiayaan properti masih berkontribusi kecil dari total pembiayaan multifinance di Indonesia dan diperkirakan pemainnya akan berkurang setiap tahun. Apalagi, multifinance mesti bersaing dengan lembaga keuangan lain yang menyediakan KPR seperti perbankan.

Baca Juga: Penuhi ketentuan, OJK cabut sanksi pembekuan usaha Tirta Finance

“Pembiayaan properti tidak bisa melawan dengan perbankan. Properti itu jangka panjang, sedangkan multifinance hanya dapat dana jangka pendek sekitar 3-4 tahun,” ungkapnya.

Namun ia belum bisa memastikan berapa pemain yang masih bertahan di bisnis ini. Suwandi memperkirakan pemain yang masih bertahap mempunyai relasi satu grup dengan perusahaan di bidang properti atau pengembang. Maka itu mereka menyediakan jual-beli properti plus pembiayaan untuk menyicil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×