kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham Astra, lebih baik induk atau anaknya ?


Jumat, 10 Agustus 2012 / 11:03 WIB
Saham Astra, lebih baik induk atau anaknya ?
ILUSTRASI. 5 Laga bersejarah antara Italia vs Inggris menuju Final Euro 2020


Sumber: KONTAN MINGGUAN 45 XVI 2012 | Editor: Imanuel Alexander

JAKARTA. Kurang lengkap membahas bursa tanpa menyebut grup Astra. Maklum, total nilai kapitalisasi pasar mereka kini yang mencapai
Rp 424 triliun menjadi daya tarik tersendiri. Bagaimana kiat yang tepat untuk memilih saham di grup Astra?

Rasanya tidak berlebihan jika kita menyebut grup Astra memiliki reputasi mentereng di jagat pasar modal Indonesia. Dengan total kapitalisasi pasar saat ini yang sekitar Rp 424 triliun, rasanya wajar jika para investor kakap rajin mencermati saham beberapa emiten di dalam grup Astra.

Memang, saham-saham grup Astra memiliki banyak daya tarik. Mulai dari tata kelola atau corporate governance yang baik, rajin membagikan deviden, hingga kinerja keuangannya yang menawan.

Tengok saja sepak terjangnya di semester pertama tahun 2012. Sebagai induk perusahaan grup Astra, PT Astra International Tbk (ASII) berhasil mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 25,77% menjadi Rp 95,92 triliun dibandingkan periode yang sama tahun 2011. Ujung-ujungnya, emiten bersandi ASII tersebut berhasil mencetak laba bersih Rp 9,68 triliun alias naik 12,69%!

Sebagai induk usaha, Astra Internasional mengandalkan bisnis distribusi otomotif. Lini bisnis ini masih merupakan penyumbang terbesar laba bersih mereka di medio 2012, yakni mencapai 50,4%, naik dari tahun sebelumnya sebanyak 40,6%. Kontribusi laba bersih terbesar kedua disumbang dari sektor alat berat dan tambang yang digawangi PT United Tractrors Tbk (UNTR). Kontribusi laba mereka mencapai 19,3%, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang masih 17,9%.

Sementara, kontribusi jasa keuangan, lewat PT Bank Permata Tbk (BNLI), menyusut dari 20,1% menjadi 18,6%. Lalu, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dan PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) masing-masing menyumbang 7,9% dan 3,3% ke laba bersih Astra.

Terakhir, PT Astra Graphia Tbk (ASGR) menyumbang 0,6%. Kendati demikian, Astra Graphia menarik dicermati. Sebab, perusahaan ini membukukan peningkatan kinerja paling tinggi. Laba bersih per Juni 2012 melonjak 32,21% jadi Rp 70,35 miliar dari periode yang sama 2011 yang senilai Rp 53,21 miliar.

Kemampuan Astra Graphia menghasilkan laba terbilang bagus. Return on equity (ROE) Astra Graphia mencapai 28,12 kali, lebih tinggi ketimbang sang induk, yang sebesar 27,70 kali (lihat tabel).
Sayang, likuiditas saham Astra Graphia tidak terlalu menarik. Dari 1,35 miliar saham yang mereka catatkan, hanya 23,13% yang beredar di masyarakat.

Meski demikian, dalam risetnya 2 Agustus lalu, analis Kim Eng Securities Adi N. Wicaksono tetap merekomendasikan beli saham ASGR target harga Rp 1.840 per saham hingga 12 bulan mendatang. Angka ini mencerminkan rasio harga terhadap laba bersih per saham atau price to earning ratio (PER) 2012 sebesar 14,3 kali. Kamis (9/8), harga saham ASGR berada di Rp 1.320. Artinya, masih ada potensi kenaikan harga sebesar 39,39% lagi.

Pilih induk lebih aman

Sedikit paparan di atas sebenarnya menggambarkan, secara umum, semua emiten anggota grup Astra menarik dicermati. Lantas, haruskah semua saham Astra diborong investor atau ada strategi khusus memilah-milah saham yang paling sesuai masuk keranjang portofolio?

Frederick Daniel Tanggela, analis Trimegah Securities berpendapat, bagi investor jangka panjang, saham Astra International pantas masuk keranjang investasi. Maklum, Astra International menjadi payung seluruh lini bisnis grup Astra. Jika salah satu lini bisnis sedang terkena sentimen negatif, kinerja lini bisnis yang lain akan menutupinya. “Risiko sektornya tentu akan lebih terdiversifikasi,” tutur Frederick.

Apalagi, sejak pemecahan saham, saham induk usaha itu kini lebih likuid dan lebih terjangkau oleh investor ritel. Pekan lalu, harga saham ASII bertahan di Rp 7.000 per saham.

Sementara, investor jangka pendek silakan memilah saham-saham anak usaha Astra yang punya kinerja dan prospek apik di sektornya. “Saham AUTO (Astra Otoparts) salah satu yang menarik,” kata Frederick.

Astra Otoparts punya sejarah kinerja yang bagus dari tahun ke tahun. Tahun ini, ia perkirakan, penjualan komponen otomotif anak usaha Astra ini bisa menembus angka Rp 6,1 triliun atau naik sekitar 20% dari tahun sebelumnya. Laba bersihnya pun ia prediksi naik hingga 33% menjadi Rp 1,3 triliun.

Dia pun merekomendasikan beli saham AUTO dengan target harga Rp 4.400 per saham hingga 12 bulan ke depan. Jadi, masih ada potensi kenaikan sekitar 18,9% dari harga Kamis (9/8) di Rp 3.700 per saham.

Tetapi, lagi-lagi, porsi kepemilikan publik atas saham ini juga minim, hanya 4,3% dari total saham yang dicatatkan. Sisanya dimiliki Astra International.

Sementara, bagi penggemar saham AALI, ada kegamangan soal prospeknya ke depan. Analis Kim Eng Securities Pandu Anugrah, dalam risetnya, mengaku tak begitu yakin terhadap prospek pemulihan ekonomi global. Akibatnya, harga komoditas, termasuk crude palm oil (CPO), akan terus tertekan. Per semester I-2012, harga rata-rata.

CPO sebesar MYR 3.200 per ton atau turun sekitar 1,6% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Di semester kedua ini, Pandu memprediksi, harga rata-rata CPO masih akan terkoreksi hingga MYR 3.100 per ton.

Dari sisi valuasi, harga saham AALI di Rp 22.350 (3/8) mencerminkan PER 16,75 kali di 2012. Ini lebih mahal daripada harga rata-rata saham sektor perkebunan yang cuma 14,6 kali. Maka, Pandu pun merekomendasikan hold saham AALI dengan target harga Rp 20.000.

Berikut prospek dua saham grup Astra yang paling likuid.

ASII

Sepanjang semester I-2012, volume penjualan mobil nasional meningkat 28,2% dari semester I-2011 jadi 535.263 unit. Di saat yang sama, volume penjualan Astra International naik 31,6% menjadi 301.636 unit. Alhasil, pangsa pasar mobil Astra International naik dari 54,9% menjadi 56,4%.

Budi Rustanto, analis Valbury Asia Securities, dalam risetnya, berpendapat, kebijakan kenaikan uang muka minimum pada 15 Juni 2012 mempercepat arus pembelian mobil di semester pertama lalu. “Selain itu, banyak pabrikan yang merilis model baru dan kenaikan menjelang libur lebaran,” tutur Budi.

Prediksi ke depan, ketentuan uang muka minimal 30% akan menekan penjualan mobil di kelas 1.500 cc ke bawah. Sebab, banyak konsumen kelas itu yang membeli secara kredit.

Dari sisi penjualan roda dua, angka penjualan Astra hanya tumbuh 0,1% menjadi 2,10 juta unit. Tapi, hasil ini jauh lebih baik ketimbang kondisi penjualan sepeda motor nasional yang turun 8,7% menjadi 4,06 juta. Dampaknya tentu saja mendongkrak pangsa pasar Astra, dari 51,8% menjadi 66,8%.

Meski demikian, penerapan uang muka minimal 30% memicu penurunan penjualan Honda, merek sepeda motor yang dijual Astra, sekitar 10% - 20%.

Pada semester II 2012, Budi memperkirakan, penjualan motor masih akan seret. “Bila pada saat normal naik 25% - 30%, kenaikannya kelak hanya sekitar 5% - 10%,” terang Budi.

Toh, Budi tetap positif melihat saham ASII. Sebab, Astra Honda Motor (AHM) berencana menambah sekitar 170 diler di seluruh Indonesia. Daihatsu Motor Co pun akan menambah investasi di Indonesia dari US$ 233,2 juta menjadi US$ 300 juta. Salah satunya untuk menambah kapasitas produksi terpasang dari 100.000 unit menjadi 430.000 unit per tahun.

Budi memprediksi, pendapatan Astra tahun ini akan tumbuh 17% dengan laba bersih per saham (EPS) senilai Rp 477. Dia merekomendasikan beli saham ASII dengan target harga Rp 8.500 per saham hingga 12 bulan mendatang.

Sementara, tim riset Batavia Prosperindo Sekuritas masih merekomendasikan tahan saham ASII dengan target harga hanya Rp 7.500 per saham. Target harga ini mencerminkan PER ASII 2013 sebesar 13 kali.

UNTR

Lini bisnis utama PT United Tractors Tbk di sektor penjualan alat berat sedang mengalami ujian. Setengah tahun pertama 2012, penjualan merek Komatsu andalannya turun 2,4% dari 4.333 menjadi 4.231 unit. Akibatnya, pangsa pasar alat berat United Tractors turun dari 51% menjadi 44%. Budi bilang, persaingan kian ketat dengan masuknya pasokan alat berat skala kecil dari China.

Selain itu, menurut analis Ciptadana Securities Wiliam Hadiwijaya, penjualan alat berat turun karena permintaan dari sektor pertambangan dan perkebunan melemah. Kedua sektor ini kini menghadapi penurunan harga komoditas. Ditambah lagi, ada ketentuan pembatasan ekspor barang mineral dan tambang mentah.

Imbasnya, permintaan alat berat United Tractors turut terseok. Biasanya United Tractors mampu menjual 40 - 50 unit alat berat per bulan ke perusahaan nikel, kini cuma 30 - 40 unit.

Tapi, Wiliam melihat, kondisi akan membaik di semester II ini seiring dengan pemulihan harga komoditas perkebunan. Beruntung, di lini bisnis kontraktor pertambangan, Pamapersada Nusantara sukses membukukan kenaikan produksi batubara sebesar 12,2% dari 40,2 juta ton menjadi 45,1 juta ton. Alhasil, pendapatan bersihnya pun ikut terdongkrak hingga 31%. Belum lagi, volume penjualan batubara naik 38,1% dari 2,2 juta ton jadi 3 juta ton.

Wiliam memprediksi, tahun ini penjualan batubara grup Astra masih mencapai 6,2 juta ton. Wiliam tetap merekomendasikan beli saham UNTR dengan target Rp 30.500 per saham. Harga ini mengindikasikan PER 2013 sebesar 14,7 kali.

Kini, saham UNTR diperdagangkan pada PER 10,2 kali. Dus, cukup menarik untuk mengambil posisi beli.

*** Sumber : KONTAN MINGGUAN 45 XVI 2012

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×