kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Setelah return tinggi, dana asing berpotensi turun


Rabu, 18 Oktober 2017 / 20:40 WIB
Setelah return tinggi, dana asing berpotensi turun


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minat investor baik asing maupun lokal terhadap surat utang negara (SUN) terus bertumbuh di masa pemerintahan Jokowi. Hal ini berdampak positif pada imbal hasil obligasi.

Analis memproyeksikan akan terjadi pembalikan arah pada minat investor pada tahun 2018-2019. Namun pemerintah telah menyiapkan langkah mitigasi jika asing cabut dari Indonesia.

Fund Manager Capital Asset Management Desmon Silitonga mengatakan tren return pasar obligasi di masa pemerintahan Jokowi mengalami kenaikan yang signifikan. "Sepekan kemarin SUN total return hampir 13%-14% year to date, jadi memang masih cukup oke dibanding dengan equity yang sekarang masih di level 11%," kata Desmon, Rabu (18/10).

Imbal hasil yang cukup bagus ini terpengaruh minat investor yang tinggi. Jika dibandingkan, imbal hasil dua hingga tiga tahun sebelumnya tidak sampai mencatatkan dua digit.

Desmon mengatakan, porsi asing yang meningkat karena di era Jokowi, fundamental cenderung stabil dengan inflasi yang turun dan nilai tukar yang stabil. "Memang, dua minggu terakhir terjadi pelemahan nilai tukar, tetapi itu masih bisa teratasi dengan baik," kata Desmon.

Untuk tahun 2018/2019, Desmon memproyeksikan ada kemungkinan pembalikan asing yang keluar dari surat utang Indonesia. Sentimen yang mempengaruhi dari dalam negeri adalah sentimen politik jelang Pemilu 2019. Sementara, dari sisi faktor ekonomi, Desmon melihat belum ada yang mengkhawatirkan.

Sementara sentimen dari luar negeri adalah tahun depan ada kemungkinan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan memangkas pajak yang diikuti dengan kenaikan suku bunga acuan. Selain itu, penghentian quantitavie easing (QE) dari bank sentral Eropa juga berkemungkinan membuat jumlah investor asing di Indonesia berkurang.

Namun, Desmon melihat pada pemerintahan Jokowi, telah mempersiapkan mitigasi sejak tiga tahun lalu jika benar terjadi pembalikan arah kepemilikan SUN. "Di satu sisi pemerintah sudah ada protokol mitigasi jika terjadi pembalikan seperti melakukan buyback sendiri di pasar," kata Desmon.

Jika langkah buyback tersebut belum cukup, pemerintah bisa meminta Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk melakukan pembelian dan Bank Indonesia bisa melakukan intervensi.

Jauh sebelum hal tersebut terjadi, Desmon masih meyakini kapitalisasi pasar obligasi di era Jokowi masih akan terus tumbuh. Hal ini didukung banyak obligasi yang jatuh tempo pada 2018.

Artinya, obligasi jatuh tempo tersebut hanya dibiayai oleh penerbitan surat utang baru. Maka pasokan kemungkinan penerbitan surat utang masih akan cukup besar.

Dari sisi imbal hasil, Indonesia masih menduduki peringkat imbal hasil yang cukup tinggi di antara negara di kawasan Asia Tenggara. Dengan begitu, hal tersebut bisa menjadi nilai tambah dalam terus menarik investor ke pasar obligasi Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×