kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45982,64   -7,73   -0.78%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Strategi BPD memperbaiki kualitas kredit


Senin, 15 Januari 2018 / 15:39 WIB
Strategi BPD memperbaiki kualitas kredit
ILUSTRASI. Obligasi Bank Sumut


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah pelaku usaha Bank Pembangunan Daerah (BPD) mengatakan kredit produktif masih menjadi penyumbang non performing loan (NPL). Ke depan, BPD siap melakukan sejumlah perbaikan.

Data OJK menyebutkan, realisasi kredit produktif BPD mencapai Rp 116,8 triliun atau naik 9,93% per Oktober 2017. Sedangkan NPL-nya disumbang oleh dua segmen, yakni modal kerja dengan besaran 9,7% dan investasi 7,58%.

PT Bank Sumut misalnya, menyebut dari total NPL akhir 2017 sebesar 4,39%, mayoritas berasal dari kredit produktif. Kata Direktur Utama Bank Sumut Edie Rizliyanto, saat ini porsi kredit produktif berkisar 37%. Sebagian besar ada di segmen korporasi, utamanya kredit sindikasi. "Memang benar di BPD banyak NPL dari kredit produktif, kesalahannya kebanyakan karena masalah pengalaman," ujar Edie, kepada KONTAN, Minggu (14/1).

Agar dapat menekan laju NPL kredit produktif, Bank Sumut akan bersinergi dengan bank lain. Bentuk sinerginya antara lain berupa peminjaman dana alias bilateral loan maupun kredit sindikasi.

Dengan strategi ini, ke depan Bank Sumut berharap dapat memperbesar porsi kredit produktif di level 40% di tahun 2018. "Targetnya bertahap untuk kredit produktif menjadi 40%, selanjutnya 50%," imbuh Edie.

Agak berbeda dengan Bank Sumut, PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (Bank Banten) justru bakal mengurangi besaran porsi kredit konsumtif. Direktur Utama Bank Banten Fahmi Bagus Mahesa beralasan, tahun ini pihaknya akan lebih fokus menyalurkan kredit di segmen konsumer. Catatan saja, sampai dengan Desember 2017 porsi kredit Bank Banten merupakan 70% kredit produktif dan 30% konsumtif terdiri dari mikro dan komersial.

Sementara untuk menekan laju NPL, pihaknya akan tetap meningkatkan penagihan baik menggunakan sumber daya manusia (SDM) bank maupun bekerjasama dengan pihak ketiga.

Hal ini dilakukan, lantaran ada beberapa cabang Bank Banten yang ditutup serta sedang gencarnya restrukturisasi kredit yang dilakukan perseroan. Pun, NPL Bank Banten banyak disumbang dari segmen mikro limpahan dari bank sebelumnya, yakni PT Bank Pundi Indonesia Tbk. "Tahun ini kami memperbesar kredit konsumer, karena potensi kredit pegawai ASN Pemprov Banten cukup besar," ujar Fahmi.

Kelak, lanjut Fahmi, porsi kredit produktif akan dijaga di level 50% dan sisanya merupakan konsumtif. Sekadar gambaran saja, sampai kuartal III tahun lalu, NPL Bank Banten masih cukup besar yakni mencapai 5,78% atau turun 22 bps yoy.

Sementara Direktur Keuangan Bank DKI Sigit Prastowo menyebutkan, mayoritas NPL itu merupakan warisan dari kredit bermasalah di dua tahun lalu. Alhasil, selama dua tahun terakhir pihaknya terus melakukan pembenahan seperti penagihan, dan penjualan aset bermasalah.

Kata Sigit, mayoritas kesalahan BPD, termasuk Bank DKI antara lain kurang teliti dalam proses pemberian kredit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×