kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank Panin patok pertumbuhan kredit setinggi 8% tahun ini


Selasa, 05 Maret 2019 / 17:03 WIB
Bank Panin patok pertumbuhan kredit setinggi 8% tahun ini


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Pan Indonesia Tbk (Bank Panin) memprediksi tahun ini pertumbuhan kredit perseroan ada di kisaran 8%. Target tersebut setara dengan realisasi kredit perseroan akhir tahun lalu yang tumbuh 8,06% secara year on year (yoy) menjadi Rp 151,56 triliun.

Direktur Utama bank berkode emiten PNBN ini, Herwidayatmo, mengatakan tahun ini pihaknya masih akan fokus pada segmen komersial sebagai ujung tombak pembiayaan. 

"Kalau di lihat, buku kita 45% di komersial. Kita semua tetap layani, tapi kekuatan Bank Panin dari dulu memang seperti itu," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Selasa (5/3). Selain itu, tahun ini Bank Panin juga bakal lebih aktif ikut dalam kredit sindikasi.

Pihaknya berharap secara umum, pencapaian kinerja Bank Panin di tahun ini harus lebih baik dari tahun lalu. Menurutnya, tahun ini kondisi perekonomian bisa berjalan lebih baik dan kencang di tahun lalu.

Sementara mengenai laba, tahun lalu Bank Panin berhasil mencetak laba bersih sebesar Rp 3,18 triliun atau tumbuh 59% dibandingkan tahun 2017 senilai Rp 2 triliun. Herwidayatmo mengatakan kebanyakan laba ditopang dari bisnis Bank Panin dan sedikit dari anak usaha. 

Di sisi lain, Bank Panin juga mengakui kalau tahun lalu pihaknya banyak menurunkan biaya pencadangan alias cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN).

Dari sisi rasio likuiditas, tahun lalu loan to deposit ratio (LDR) Bank Panin masih terbilang ketat yakni mencapai 110,07%. Meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 96,39%. Bila merujuk laporan keuangan, peningkatan tersebut diakibatkan karena dana pihak ketiga (DPK) perseroan turun 5,5% yoy menjadi Rp 137,69 triliun.

Walau demikian, pihak Bank Panin menyebut dari sisi likuiditas pihaknya tidak mengalami masalah. Menurutnya, penurunan DPK tersebut dilakukan sengaja dilakukan oleh perseroan lantaran permintaan kredit belum terlalu deras sementara dana yang dihimpun sudah lebih dari cukup.

"Buat apa simpan dana besar-besar tapi perkembangan kreditnya masih berat. Kita berdarah-darah kalau pegang dana besar karena harus berikan imbalan dalam bentuk bunga," ungkapnya.

Alih-alih memenuhi kebutuhan likuiditas, Bank Panin tengah mempertimbangkan langkah untuk menerbitkan obligasi yang masih memiliki izin untuk melakukan penawaran umum berkelanjutan (PUT) hingga 2020.

"Sementara ini masih cukup, di kami total obligasi sudah Rp 15,3 triliun. Meski DPK turun, pendanaan jangka panjang tetap ada," imbuhnya. Beberapa pertimbangannya antara lain saat ini tingkat suku bunga masih tinggi, artinya pengembalian yang dibebankan kepada bank pun akan lebih besar.

Adapun, dari segi permodalan Herwidayatmo memastikan Bank Panin belum akan mendapat suntikan lantaran capital adequacy ratio (CAR) masih tebal di level 23,33% atau naik dari 21,99% pada 2017.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×