Reporter: Yoliawan H | Editor: Sofyan Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Sahabat Sampoerna berupaya untuk mengelola kualitas kredit di level yang optimal. Adapun, segmen usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang difokuskan dirasa cukup rawan. Namun perseroan berhasil menjaga non-performing loan di level 3%.
Henky Suryaputra, CFO Bank Sahabat Sampoerna menjelaskan, Bank Sampoerna memang fokus pada kredit segmen UMKM. Itu tercermin dari porsi kredit UMKM yang hampir mencapai 80% dari total kredit.
Sebagai gambaran, per April 2018, kredit yang telah disalurkan oleh Bank Sahabat Sampoerna sebesar Rp 6,8 triliun atau tumbuh 13% yoy.
“NPL untuk UMKM memang rawan, secara historis memang NPL UMKM di atas NPL corporate loan. Kita proyeksikan NPL di kisaran 3%. Lebih kurang sama dengan tingkat NPL sekarang,” ujar Henky saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (28/5).
Berdasarkan laporan keuangan bank per kuartal I-2018, tercatat NPL gross Bank Sampoerna ada di level 3,05% sedikit naik dari kuartal I-2017 sebesar 3,00%.
Menurut Henky, tentang mitigasi risiko tidak terlepas dengan pengelolaan kredit secara umum. Pihaknya sangat berhati-hati dalam pemberian kredit. “Sedapat mungkin kami mengenal nasabah kami, pinjaman yang diberikan juga sedapat mungkin untuk keperluan usaha,” ujar Henky.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News