kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dana giro perbankan melambat di kuartal pertama 2019


Senin, 20 Mei 2019 / 20:17 WIB
Dana giro perbankan melambat di kuartal pertama 2019


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan dana giro perbankan masih melambat di kuartal pertama 2019. Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat per Maret 2019 total dana giro yang berhasil dihimpun bank sudah mencapai Rp 1.316,6 triliun, jumlah tersebut hanya naik tipis 6,65% dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Walau secara industri terbilang melambat, sejumlah bank yang dihubungi Kontan.co.id tetap mencatat kenaikan giro signifikan. Ambil contoh, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) yang per April 2019 memproyeksi dana giro masih akan tumbuh di atas 17% secara year on year (yoy).

"Masih on track dengan target yang ditetapkan hingga akhir tahun sekitar 16%," kata Sekretaris Perusahaan BRI Bambang Tri Baroto, Senin (20/5).

Bank nomor wahid ini mengatakan, seiring dengan meningkatnya kebutuhan dana tunai oleh masyarakat untuk kebutuhan Lebaran, secara siklus pertumbuhan giro agak melambat. Hanya saja, Bambang menyebut dana tunai yang keluar dari sistem keuangan bank tersebut diperkirakan akan kembali ke bank 10 hari setelah usainya libur Lebaran.

BRI juga punya sederet strategi untuk mengembangkan produk giro di 2019. Utamanya, bank bersandi bursa BBRI (anggota indeks Kompas100) ini bakal berfokus pada penambahan fitur dan fasilitas baru untuk merealisasikan BRI sebagai pilihan utama operasional dan transaksional para pelaku bisnis usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Beberapa wujud dari pengembangan produk tersebut antara lain penambahan fasilitas kartu untuk memudahkan transaksi giro valas para pengusaha yang berorientasi ekspor impor, meningkatkan kualitas dan jumlah user cash management system (CMS) dan IBBiz (Internet Banking Bisnis). 

"BRI juga akan menyempurnakan aplikasi e-statement. Memperluas jangkauan wilayah serta penyempurnaan aplikasi mass debet, account sweep dan salary crediting," sambungnya.

Sebagai informasi saja, per Maret 2019 secara konsolidasi total dana giro BRI tumbuh sebesar 24,1% secara tahunan dari Rp 126,59 triliun menjadi Rp 157,05 triliun. Pertumbuhan tersebut merupakan yang paling tinggi dibandingkan tabungan sebesar 10% atau deposito 12,8% di bulan Maret 2019.

Sama seperti BRI, PT BPD Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) juga mencetak kenaikan tinggi untuk dana giro sebesar 23,29% yoy per April 2019. Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Timur Satyagraha mengatakan tahun ini perseroan menargetkan pertumbuhan giro sebesar 20% dari akhir 2018 Rp 17,7 triliun menjadi Rp 21,8 triliun.

"Kami akan mengurangi potensi perpindahan dana ke bank dengan optimalisasi gerakan non tunai dan menjalin lebih banyak kerjasama," jelasnya.

Di sisi lain, PT Bank Mandiri Tbk optimis dana giro masih akan tumbuh di atas rata-rata industri. Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rohan Hafas menjelaskan posisi giro per kuartal I 2019 yakni sekitar Rp 175 triliun, sekitar 24% dari total dana pihak ketiga (DPK) perseroan. "Dana giro kami targetkan tumbuh di atas rata-rata industri," terang Rohan.

Untuk mencapai pertumbuhan di atas rata-rata bank berlogo pita emas ini akan melakukan intensifikasi produk, seperti peningkatan wallet share nasabah. Maupun ekstensifikasi, diantaranya dengan bundling produk perseroan lainnya.

Asal tahu saja, pada kuartal I 2019 lalu giro Bank Mandiri tercatat mengalami perlambatan atau turun 2,5% secara tahunan menjadi Rp 185 triliun secara konsolidasi. Adapun, secara individual (bank only) perseroan mencatatkan negatif 1,5% untuk dana giro menjadi Rp 174,53 triliun.

Bukan cuma Bank Mandiri yang mencatat giro menyusut di kuartal I 2019. PT Bank CIMB Niaga Tbk pun mengalami hal serupa. Merujuk laporan keuangan perseroan, dana giro di kuartal I 2019 turun 9,97% secara tahunan dari Rp 50,6 triliun menjadi Rp 45,55 triliun.

Direktur Konsumer CIMB Niaga Lani Darmawan mengakui kalau saat ini persaingan dana giro di pasar mengetat. "Giro saat ini agak ketat, tidak ada pertumbuhan saat ini secara yoy," katanya. Menurutnya, bukan cuma CIMB Niaga saja yang mengalami hal tersebut, sebab secara industri dana giro memang melambat.

Penyebabnya menurut Lani dikarenakan produk giro sangat sensitif terkait harga maupun tingkatan bunga yang ditawarkan oleh masing-masing bank. Bank yang terafiliasi dengan Grup CIMB ini pun berharap dana giro bisa mulai terkerek di kuartal III 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×