kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45917,91   -17,61   -1.88%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

DPK industri naik tinggi, bank kecil masih gigit jari?


Senin, 16 November 2020 / 19:24 WIB
DPK industri naik tinggi, bank kecil masih gigit jari?
ILUSTRASI. DPK Bank


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi likuiditas perbankan di Tanah Air diakui regulator tetap kokoh. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat per September 2020 total simpanan (Dana Pihak Ketiga/DPK) di perbankan sudah mencapai Rp 6.721 triliun. Realisasi tersebut meningkat sebanyak 10,6% secara year to date (ytd). 

Namun, LPS menggarisbawahi bahwa kondisi likuiditas bank kecil tengah menjadi perhatian setelah sempat tertekan pada pertengahan tahun ini. Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi bilang hal itu disebabkan sempat menurunnya kepercayaan nasabah penabung pada bank kecil khususnya di kelompok BUKU I. 

Menurut catatan LPS pada periode Maret-Juli 2020 Bank BUKU I memang mengalami pertumbuhan negatif secara ytd. Ini artinya ada indikasi perpindahan dana dari bank kecil ke bank-bank besar. Kabar baiknya, per September 2020 angka tersebut sudah mulai positif. 

Baca Juga: Askrindo Syariah dan Peruri jalin kerja sama implementasi digital signature

Bila merujuk pada data OJK kelompok BUKU I memang masih mencatat pertumbuhan DPK negatif 4,95% secara yoy di akhir September 2020 lalu. Jauh lebih rendah dari kelompok BUKU lainnya. Tapi, Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso bilang hal itu terjadi lantaran ada beberapa BUKU I yang naik ke BUKU II.

"Tidak ada masalah kritikal mengenai hal ini," katanya belum lama ini. 

Menanggapi hal itu, beberapa bank kecil yang dihubungi Kontan.co.id memang mengakui kalau sejatinya likuiditas bank secara umum sangat tebal. Namun, Direktur Utama PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) Daniel Budirahayu menjelaskan memang ada indikasi pergeseran dana dari bank kecil ke bank besar. Beruntungnya, hal ini tidak terjadi di perseroan.

"Di Bank Ina DPK cenderung meningkat. Persaingan perebutan DPK sudah tidak dirasakan lagi karena market sudah likuid," ujar dia, Senin (16/11). 

Terbukti di bulan September 2020 Bank Ina memang masih mencatatkan DPK tumbuh di kisaran 3% secara tahunan. Walau rendah, Daniel menuturkan potensi peningkatan likuiditas masih terus berlanjut.

Pihaknya pun optimis sampai akhir tahun DPK bisa tumbuh di kisaran 7%-10% yoy. "Strateginya untuk sementara ini kami menjaga hubungan baik dengan nasabah agar dana bisa terjaga," paparnya. 

Meski begitu, perlambatan DPK memang dirasakan sebagian bank kecil, salah satunya PT BPD Banten Tbk (BEKS). Direktur Utama Bank Banten Fahmi Bagus Mahesa mengamini kalau di bulan Oktober 2020 ada sedikit penurunan DPK perseroan. Hal ini disebabkan belum pulihnya kepercayaan pada bank kecil termasuk perseroan. 

Baca Juga: Ingin taruh dana di deposito? Perhatikan dulu hal-hal berikut ini

Kabar baiknya, penurunan itu menurut Fahmi sudah lebih kecil dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Sebagai gambaran saja, per September 2020 total DPK Bank Banten tercatat sebesar Rp 4,21 triliun menurun dari tahun sebelumnya Rp 6,72 triliun atau susut -37,35% yoy. 

Walau tidak mematok target untuk tahun ini, menurut perseroan pihaknya tengah berupaya untuk mendapatkan dana menjelang akhir tahun. Salah satunya dengan menaikkan tingkat bunga deposito. 

Selanjutnya: Kebut konsolidasi sektor keuangan, ini yang dilakukan Kementerian BUMN

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×