kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Fintech P2P lending bantu pertumbuhan UMKM


Selasa, 11 Desember 2018 / 20:06 WIB
Fintech P2P lending bantu pertumbuhan UMKM


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua proyek ukmindonesia.id Dewi Meisari Haryanti mengatakan fintech P2P lending benar-benar mengisi celah yang belum bisa dipenuhi pinjaman perbankan untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan, penyaluran kredit P2P lending mencapai Rp 13,83 triliun atau 0,24% dari penyaluran kredit perbankan pada Januari hingga September 2018.

Meski terbilang kecil, potensi penyaluran kredit oleh fintech P2P lending berpotensi meningkat. Alasannya, pengguna jenis fintech ini kian melonjak. 

OJK mencatat, jumlah akun peminjam naik sebesar 600% dari 330.154 akun pada Januari 2018 menjadi 2.300.007 akun pada September 2018. Jumlah akun penerima pinjaman juga meningkat sebesar 39%, dari 115.939 akun pada Januari 2018 menjadi 161.297 akun pada September 2018.

Menurut Dewi, kenaikan jumlah peminjam dan penerima pinjaman dipacu oleh kemudahan prosedur peminjaman dari fintech P2P lending. Selain itu, fintech P2P lending juga menyediakan akses keuangan yang lebih murah jika dibandingkan dengan rentenir yang ada di antara pelaku usaha mikro.

PT Amartha Mikro Fintek misalnya, pada 2018 ini, mendistribusikan dana lebih dari Rp 635 miliar, meningkat lebih dari 200% dibanding 2017 yang sebesar Rp 200 miliar. Jumlah pelaku usaha mikro yang mendapat peyaluran kredit dari Amartha pada 2018 juga meningkat sebesar 117% menjadi 152.000, dari 70.000 pada 2017.

Potensi pertumbuhan UMKM juga cukup besar. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemkop UKM) RI tahun 2017, jumlah UMKM di Indonesia mencapai 59.628.500 usaha. Terdiri dari usaha mikro sebanyak 58.900.000 (98,68%), usaha kecil 717.000 (1,2%), dan usaha menengah 65.500 (0,11%). Seluruh UMKM ini menyumbang pendapatan 38,90% terhadap produk domestik bruto Indonesia dengan total pendapatan usaha mencapai Rp 5,3 triliun per tahun.

Menurut Dewi, UMKM merupakan bidang usaha yang memungkinkan untuk dilakukan serta berkelanjutan, tetapi stagnan. Penyebabnya, pebisnis di bidang UMKM sulit mendapatkan modal untuk pengembangan usaha. “Pola transaksi mereka yang kecil-kecil, sering, dan berputar cepat sehingga agak sulit terjadi akumulasi laba atau aset,” kata Dewi dalam keterangan tertulisnya, Selasa (11/12).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×