kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Inklusi perbankan terhadap UMKM di masa pandemi Covid-19


Jumat, 15 Januari 2021 / 17:48 WIB
Inklusi perbankan terhadap UMKM di masa pandemi Covid-19
ILUSTRASI. Pelayanan nasabah Commonwealth Bank di Jakarta, Jumat (6/3/2020).


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Situasi pandemi Covid-19 saat ini memberikan pukulan berat bagi para pelaku UMKM di antaranya kesulitan mendapatkan bahan baku, kesulitan permodalan, dan lainnya.

Di sisi lain, kinerja UMKM yang kurang begitu baik di masa pandemi bisa mengurangi kepercayaan lembaga keuangan seperti perbankan dalam pengucuran kredit padahal masih banyak UMKM yang belum mendapatkan akses pembiayaan dari perbankan. Meski demikian, perbankan terus membuka peluang bagi UMKM melalui literasi dan inklusi keuangan.

Pada Juli lalu, Kementerian Koperasi dan UKM melansir bahwa jumlah UMKM di Indonesia mencapai 64 juta unit usaha atau 99% dari total unit usaha di dalam negeri. Kontribusi UMKM terhadap PDB nasional adalah sekitar 61%.

Kementerian Koperasi dan UKM juga menyebutkan bahwa UMKM tersebut tersebar hampir merata di seluruh Tanah Air dengan berbagai macam permasalahan yang dihadapinya, antara lain pembiayaan, kelembagaan, pemasaran, dan pengembangan usaha.

Baca Juga: Pembiayaan fintech diproyeksi capai Rp 100 triliun di tahun 2021

“Perbankan membuka kesempatan selebar-lebarnya dan kami memberikan solusi bagi UMKM terkait dengan persoalan pembiayaan melalui literasi dan inklusi keuangan. Hal ini harus dijalankan berbarengan agar UMKM bisa mendapatkan pembiayaan dan juga makin berkembang,” ujar Head of Secured Lending Retail & SME Bank Commonwealth Weddy Irsan dalam siaran pers yang diterima Kontan.co.id, Jumat (15/1)

Di masa pandemi ini, lanjut Weddy, Bank Commonwealth melihat bahwa UMKM terkendala dengan kesulitan distribusi / penjualan produk, kesulitan mendapatkan bahan baku akibat banyak supplier yang kesulitan dalam memproduksi atau tutup, kesulitan likuiditas dengan modal yang terbatas, hingga mengalami penurunan pendapatan.

Menurut Weddy, sebetulnya UMKM berpeluang menjadi lebih berkembang lagi. Berdasarkan Data Bank Indonesia, pada kuartal II 2020, terjadi peningkatan volume transaksi belanja di e-commerce sebesar 383,5 juta kali. Jumlah tersebut naik 39,05% dibanding dengan kuartal I 2020 sebesar 275,8 juta kali.

Bank Indonesia (BI) memproyeksikan transaksi e-commerce di masa pandemi meningkat sebesar Rp 429 triliun sepanjang 2020. Peningkatan ini lebih tinggi dibanding transaksi sebesar Rp 205,5 triliun sepanjang 2019.

“Hal ini menunjukkan bahwa pasar UMKM terbuka lebar di e-commerce dan bisnisnya bisa terus berjalan. UMKM harus bisa beradaptasi di sini karena market mulai terbiasa berbelanja secara online dan akan terus dilakukan meski pandemi berakhir,” jelas Weddy.




TERBARU

[X]
×