kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kondisi likuiditas kuartal II masih kuat, Bank Permata fokus ke dana murah


Jumat, 06 Juli 2018 / 14:16 WIB
Kondisi likuiditas kuartal II masih kuat, Bank Permata fokus ke dana murah
ILUSTRASI. Penyaluran Kredit Bank Permata


Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski sebagian bankir mewaspadai risiko likuiditas di tahun ini, PT Bank Permata Tbk (BNLI) menyebut kondisi likuiditas bank di kuartal II-2018 masih cukup kuat.

Lea Kusuma Wijaya, Direktur Keuangan Bank Permata mengatakan, ke depan strategi bank tetap akan fokus ke pertumbuhan dana murah. "Yaitu tabungan dan giro," kata Lea kepada kontan.co.id, Jumat (6/7).  Hal ini dilakukan untuk menjaga sumber likuditas secara sustainable.

Menurut Lea, Bank Permata juga tetap akan menjaga rasio pendanaan di kisaran 0%-90%. 

Sebagai gambaran rasio kredit dibandingkan DPK atau loan to deposite ratio (LDR) Bank Permata pada kuartal I-2018 tercatat sebesar 88,9%.

Catatan saja, risiko likuiditas akan menjadi salah satu perhatian bankir pada tahun ini. Potensi risiko likuiditas di industri perbankan ini ditunjukkan dengan beberapa indikator.

Pertama, indikator pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan yang lebih rendah dibanding pertumbuhan kredit. Per Mei 2018, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pertumbuhan DPK 6,47% secara tahunan atau year on year (yoy).

Sedangkan pertumbuhan kredit mencapai 10,26% yoy. Hal ini menyebabkan rasio likuditas perbankan semakin besar.

Jika melihat data OJK, pada 2018 ini, sepanjang Januari 2018-April 2018 rasio kredit terhadap DPK (LDR) terus mengalami kenaikan.

Sampai April 2018 rasio LDR bank sebesar 90,43%. Indikator likuiditas kedua adalah data pasar uang antar bank (PUAB) overnight yang per 5 Juli 2018 sebesar 4,9%. Angka PUAB overnight ini terus mengalami kenaikan sejak kenaikan BI rate pada 29 Juni 2018.

Indikator ketiga adalah transaksi transaksi lelang reverse repo SBN dan SBSN selama 2 Juli 2018-4 Juli 2018 yang mencapai Rp 32,6 triliun. Lelang repo SBN dan SBSN ini berfungsi untuk menambah likuiditas yang ada di pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×