kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kualitas aset baik, CAR perbankan diprediksi masih akan stabil


Jumat, 02 November 2018 / 17:14 WIB
Kualitas aset baik, CAR perbankan diprediksi masih akan stabil
ILUSTRASI. Obligasi Bank Sumut


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah praktisi perbankan menilai kondisi likuiditas di pasar yang mengetat paska kenaikan suku bunga acuan belum sampai menganggu rasio permodalan perbankan.

Sebabnya, meski kredit tumbuh lebih deras dibandingkan dana pihak ketiga (DPK), rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) perbankan secara industri masih stabil bahkan membaik.

Lihat saja, pada September 2018 lalu Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menyebut capital adequacy ratio (CAR) industri perbankan berada di level 22,4%.

Walau dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya ada penurunan tipis sebesar 2 basis poin (bps), LPS mengatakan posisi ini masih sangat kuat atau menjadi salah satu yang tertinggi di kawasan Asia bahkan dunia.

Malah bila memakai data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per September 2018 lalu NPL industri perbankan ada di level 23% praktis stabil dibandingkan periode yang sama setahun sebelumnya.

Sementara itu, NPL perbankan pada triwulan III-2018 juga terjaga rendah di posisi 2,66% secara gross dan 1,7% secara net. 

Namun, Direktur Eksekutif Klaim dan Resolusi Bank LPS Ferdinand Dwikoraja Purba menjelaskan, bisa saja CAR perbankan tergerus di tengah ketatnya likuiditas bila pengelolaan asetnya tidak baik.

Misalnya, di tengah likuiditas yang seret, bank cenderung lebih hati-hati dalam menyalurkan kredit, tujuannya untuk menghindari potensi aset bermasalah. Nah, menurut Purba apabila fungsi intermediasi perbankan tidak dilakukan dengan baik maka bisa saja kualitas aset menurun yang memaksa bank untuk memakai sebagian modal untuk membentuk pencadangan.

"Likuiditas itu kan tidak berdiri sendiri, ada banyak aspek dan harus lihat aset juga. Kualitas aset tentunya secara umum begitu turun, nantinya bank harus bentuk pencadangan dan bisa menggerus CAR," katanya saat ditemui di Medan, Kamis (1/11).

Walau begitu, Ferdinand menilai saat ini pengelolaan dana yang dilakukan perbankan di kondisi saat ini terbilang baik. Hal ini terlihat dari posisi rasio NPL yang masih terjaga diiringi dengan kondisi permodalan yang kuat.

Senada, Direktur Utama PT Bank Mayapada Internasional Tbk Hariyono Tjahjarijadi mengatakan tergerusnya CAR bukan karena likuiditas melainkan lantaran terlalu derasnya pertumbuhan kredit dan bertambahnya kredit bermasalah.

"Kalau pertumbuhan kredit terhambat karena likuiditas yang tidak cukup, maka CAR tidak akan tergerus," sebutnya. 

Bank Mayapada misalnya yang per September 2018 lalu mencatatkan posisi CAR di bawah rata-rata industri yakni 14,01% tak khawatir modal akan tergerus alias masih bisa untuk ekspansi.

Lagipula, paska melakukan aksi korporasi berupa rights issue dan penerbitan obligasi subordinasi dengan total dana sebesar Rp 3 triliun, Hariyono pede, bank yang dinakhodainya ini memiliki struktur permodalan yang kuat.

Namun, walau sudah mendapatkan modal, bank bersandi emiten bursa MAYA ini meyakini pertumbuhan DPK harus tetap didorong.

"Setelah penambahan modal dan subdebt, kemampuan ekspansi kami lebih baik, namun tetap perlu pertumbuhan DPK, karena kalau tidak ada pertumbuhan DPK yang senilai dengan pertumbuhan kredit, maka rasio LDR/LFR akan menjadi buruk," imbuhnya.

Setali tiga uang, Sekretaris Perusahaan PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara (Bank Sumut) Syahdan Siregar juga mengatakan walau CAR Bank Sumut berada di level 15,97% alias lebih rendah dibandingkan rata-rata industri, posisi tersebut masih cukup terjaga, lantaran masih berada di atas batas yang disematkan oleh regulator yaitu CAR minimal 8%-11%.

Pengetatan likuiditas juga tidak menganggu CAR Bank Sumut. Pasalnya, untuk memenuhi permintaan kredit selama ini, Bank Sumut menggunakan dana dari DPK, pinjaman antar bank, pinjaman bilateral seperti SMF. 

Di sisi lain, secondary reserve yang dimiliki Bank Sumut juga masih sesuai dengan level yang disyaratkan oleh regulator. "CAR Bank Sumut masih terjaga karena masih berada di ambang batas yang ditetapkan regulator, yaitu CAR 8%-11%," katanya.

Sebagai tambahan informasi, merujuk data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang dirilis OJK per Agustus 2018 lalu CAR per BUKU secara industri masih sangat kuat. Antara lain CAR BUKU I 21,41% naik dari Agustus 2017 21,36%, BUKU II 26,16% naik dari 25,04%.

Sementara BUKU III sedikit turun menjadi 24,97% dari 25,33% serta BUKU IV yang susut dari 21,67% di bulan Agustus 2017 menjadi 20,79% per Agustus tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×