kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Laba industri pembiayaan syariah masih turun hingga kuartal III-2018, ini penyebabnya


Minggu, 25 November 2018 / 14:17 WIB
Laba industri pembiayaan syariah masih turun hingga kuartal III-2018, ini penyebabnya
ILUSTRASI. Pembiayaan syariah


Reporter: Puspita Saraswati | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laba industri pembiayaan syariah hingga kuartal III-2018 masih menunjukkan tren menurun. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per 30 September 2018 laba perusahaan pembiayaan syariah merosot hingga 28% secara year on year menjadi Rp 1,06 triliun. Padahal industri pembiayaan syariah pada periode yang sama tahun sebelumnya mencatatkan laba Rp 1,47 triliun.

Sebagai catatan, pada Juli lalu, laba perusahaan pembiayaan syariah merosot hingga 29,1% secara year on year menjadi Rp 875 miliar. Padahal industri pembiayaan syariah pada periode sama tahun sebelumnya mencatatkan laba Rp 1,23 triliun. Sedangkan pada Agustus lalu, laba perusahaan pembiayaan syariah merosot hingga 27,8% secara yoy menjadi Rp 954 miliar. Padahal industri pembiayaan syariah pada periode yang sama tahun sebelumnya mencatatkan laba Rp 1,32 triliun.

Menurut Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI), Suwandi Wiratno, tren laba perusahaan pembiayaan syariah yang menurun disebabkan beberapa faktor, salah satunya adalah tingkat non performing loan (NPL) perusahaan full-fledged.

“Kalau tren penurunan laba sampai akhir tahun saya belum bisa memahami, tapi dari tiga perusahaan full syariah seperti Amanah Finance, Al-Ijarah Indonesia Finance, Citra Tirta Mulia (Citifin Multi Finance Syariah) sedang dalam perbaikan NPL,” katanya kepada Kontan.co.id, Minggu (25/11).

Suwandi juga mengungkapkan faktor lainnya yang dapat mempengaruhi menurunnya laba industri yakni perusahaan pembiayaan konvensional yang menjalankan Unit Usaha Syariah (UUS) saat ini sedang menunggu kepastian regulator terkait kebijakan spin-off yang harus dilakukan.

“Ada 40 perusahaan pembiayaan konvensional yang mempunyai UUS, saat ini mereka juga tengah melakukan persiapan spin-off sembari menunggu kejelasan regulasi,” tambahnya.

Menurutnya, saat ini perusahaan pembiayaan yang memiliki UUS sedang terkendala modal untuk melakukan spin-off. Apalagi, rata-rata perusahaan yang memiliki UUS, portofolio usaha syariahnya tidak sebesar pembiayaan konvensional.

“Kalau aturan mengharuskan spin off, berarti harus mempunyai cabang dengan jumlah yang sama dengan cabang bisnis konvensional. Sehingga ada kebutuhan modal yang tinggi,” terangnya.

Hingga akhir tahun, Suwandi bilang pihaknya belum mendapatkan laporan apakah ada perusahaan pembiayaan konvensional yang melakukan spin-off atas UUSnya.
Meski tren masih menunjukkan penurunan, ia beranggapan jika industri pembiayaan syariah masih berpotensi untuk tumbuh melihat mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam.

“Berbicara peluang selalu ada karena pembiayaan syariah memiliki kantong-kantong tersendiri. Seperti di Jatim, Jateng, Aceh, Gorontalo. Tetapi memang bertumbuh sporadis di seluruh tempat di Indonesia,” pungkasnya.

Mulyadi Tjung, Managing Director PT Indosurya Multifinance mengakui adanya perununan laba bersih setelah pajak pada unit usaha syariahnya hingga 7,6% secara yoy menjadi Rp 12,3 miliar.

Menurutnya, penurunan laba unit usaha syariah terjadi seiring dengan penurunan total portfolio pembiayaan syariah yang dikelola perusahaan.

“Meski ada penurunan portfolio pembiayaan syariah yang dikelola perusahaan sebesar 20,5%, perusahaan masih optimis mengejar target laba Rp 16,33 miliar pertumbuhannya berkisar 27,8% dari laba tahun 2017 sebesar Rp 12,78 miliar ,” katanya.

Meski data industri menunjukkan tren menurun, Direktur PT Mandiri Tunas Finance (MTF), Harjanto Tjitohardjojo mengatakan pertumbuhan laba perusahaannya mencapai lima kali lipat secara year on year.

Fee based income yang diterima MTF melalui bisnis pembiayaan syariah saat ini mencapai Rp 24,5 miliar,” katanya.

Pertumbuhan laba tersebut menurut Harjanto lantaran adanya pertumbuhan positif terhadap pembiayaan syariah.

“Hingga Oktober pembiayaan syariah mencapai Rp 1 triliun, atau naik lima lipat secara year to date dari akhir tahun 2018 sebesar Rp 200 miliar,” tambahnya.

Melihat pertmbuhan yang positif pada bisnis pembiayaan syariahnya, Harjanto optimistis hingga akhir tahun perusahaan bakal mencapai target pembiayaan syariah mencapai Rp 1,4 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×