kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

NPL turun, bank tetap pasang rasio pencadangan tinggi


Jumat, 20 Juli 2018 / 14:00 WIB
NPL turun, bank tetap pasang rasio pencadangan tinggi
ILUSTRASI. Deretan Mesin ATM Bank


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi ekonomi yang belum stabil dibarengi dengan tren suku bunga yang terus naik, membuat bank semakin berhati-hati menyalurkan kredit. Meski risiko kredit atau non performing loan (NPL) berhasil ditekan sepada paruh pertama tahun 2018, perbankan masih tetap memupuk biaya pencadangan guna menahan laju NPL.

PT Bank Tabungan Negara Tbk (Bank BTN) misalnya yang mencatatkan rasio pencadangan atau coverage ratio meningkat di semester I 2018. Berdasarkan presentasi BTN, per akhir Juni 2018 posisi coverage ratio tercatat sebesar 41,72%. Angka ini meningkat dibandingkan setahun sebelumnya sebesar 38,78%.

Direktur Manajemen Risiko Bank BTN Nixon Napitupulu menjelaskan, mayoritas pencadangan tersebut dialokasikan untuk menekan laju NPL kredit pemilikan rumah (KPR) non subsidi dan kredit konstruksi. Hingga akhir tahun pun, bank berkode saham BBTN ini mematok coverage ratio berada di level 41% hingga 45%. "Kami upayakan perlahan-lahan coverage ratio membaik, mungkin di 41% sampai 45%," katanya kepada Kontan.co.id, Jumat (20/7).

Sekadar informasi, sampai dengan semester I 2018 posisi NPL BTN berada di level 2,78% secara gross. Rasio tersebut turun dari posisi semester I tahun lalu yang sempat menembus ke angka 3,23%. Bila dirinci lebih dalam, kredit perumahan BTN tercatat memiliki NPL sebesar 2,54% membaik secara tahunan dari 2,83%. Adapun, KPR non subsidi memiliki NPL 3,18% meski membaik dari posisi setahun sebelumnya 3,38%.

Adapun, kredit perumahan lainnya juga mencatatkan NPL tinggi mencapai 4,4% per semester I 2018. Sementara kredit konstruksi mengalami peningkatan cukup besar dalam setahun terakhir dari 3,84% pada semester I 2017 menjadi 4,28% di semester I tahun ini.

Di samping itu, kredit komersial juga masih mencatatkan NPL paling tinggi dari seluruh segmen kredit Bank BTN. Tercatat per semester I 2018 NPL kredit komersial Bank BTN berada di kisaran 6,62%. Meski begitu, NPL tersebut menurun tajam dari tahun sebelumnya yang sempat menyentuh ke level 9,28%. Nixon meyakini pada akhir tahun 2018, rasio kredit macet BTN dapat ditahan hingga ke level 2,3% hingga 2,5%.

Selain BTN, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) juga mencatatkan coverage ratio naik ke level 136% pada semester I 2018 dibandingkan posisi tahun sebelumnya 135%. Rasio tersebut dipatok tinggi meski NPL Bank Mandiri tengah membaik dari 3,82% di semester I 2017 menjadi 3,13% pada paruh pertama tahun ini.

Guna menjaga rasio NPL tetap rendah, Bank Mandiri telah melakukan strategi penagihan (collection) yang efektif sambil melakukan restrukturisasi kredit.

“Kami berupaya untuk terus agresif dalam menangkap peluang bisnis yang ada di pasar, dengan memanfaatkan kekuatan produk dan layanan keuangan Mandiri Group. Di samping itu, kami juga konsisten dalam melakukan efisiensi biaya dan optimalisasi recovery kredit bermasalah agar tetap dapat membukukan profitabilitas dan memberi keuntungan kepada pemegang saham,” kata Hery Gunardi, Direktur Bisnis Kecil dan Jaringan Bank Mandiri.

Sebagai informasi, bila dirinci berdasarkan segmen kreditnya, NPL Bank Mandiri tertinggi berada di segmen korporasi menengah dengan total NPL mencapai 10,55% menurun dari posisi tahun lalu 10,77%.

Sementara itu kredit kecil dan menengah tercatat mengalami kenaikan NPL dari 3,4% menjadi 3,88% pada semester I 2018. Hingga akhir tahun, Bank Mandiri optimis NPL mampu terjaga di kisaran 2,8% hingga 3,2%. Setali tiga uang, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) juga mencatatkan peningkatan dari sisi coverage ratio. Per semester I 2018 coverage ratio BNI berada di level 150,2% atau naik dari tahun lalu 147,2%.

Direktur Keuangan BNI Anggoro Eko Cahyo mengatakan, sampai akhir tahun pihaknya memproyeksi coverage ratio berada di level stabil di angka 150%. Posisi ini sengaja dilakukan BNI agar dapat menahan laju NPL yang dipatok rendah yakni 2,1% sampai 2,2%.

"Penetapan pencadangan ini merupakan langkah pre-emptive dan konservatif BNI yang dimaksudkan untuk mengantisipasi kemungkinan penurunan kualitas aset di masa-masa mendatang," ujarnya.Sekadar informasi, per semester I-2018 NPL BNI tertinggi berasal dari segmen kecil sebesar 2,8%. Meski begitu, rasio tersebut menurun dibandingkan posisi tahun sebelumnya sebesar 4,1%.

Selain itu, NPL kredit menegah juga membaik dari 3,2% pada semester I 2017 menjadi 2,7% per akhir Juni 2018. Adapun, NPL kredit konsumer menurun dari 2,8% menjadi 2,5% secara tahunan. Kredit korporasi membukukan NPL paling rendah sebesar 1,6% menurun dari posisi tahun sebelumnya yang sempat mencapai 2,4%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×