kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pertumbuhan aset bank kecil tak sekencang BUKU III dan IV, ini sebabnya


Selasa, 13 November 2018 / 17:18 WIB
Pertumbuhan aset bank kecil tak sekencang BUKU III dan IV, ini sebabnya
ILUSTRASI. Pelayanan Nasabah Bank Dinar


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aset perbankan sampai September 2018 lalu secara industri masih meningkat walau masih di level satu digit.

Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat total aset bank umum di Tanah Air menembus Rp 7.768,87 triliun, naik 8,64% secara tahunan atau year on year (yoy) bila dibandingkan dengan periode September 2017.

Nah, dari total aset tersebut, lima bank besar atau yang masuk dalam kategori bank umum kelompok usaha (BUKU IV) menguasai lebih dari 50,26% total aset. Porsi tersebut juga terus naik dalam tiga tahun terakhir.

Disusul oleh BUKU III yang memiliki porsi cukup besar sebesar 34,45% dari total aset secara industri. Namun, dominasi bank besar dari segi aset berdampak buruk terhadap perolehan aset bank kecil di BUKU II dan I.

Lihat saja, lima bank besar per September 2018 lalu naik 10,32% yoy serta BUKU III naik 10,24%. Sementara, dalam periode yang sama BUKU I tumbuh lebih lambat sebesar 5,57% yoy. Adapun, BUKU II justru tumbuh lebih negatif 3,55% yoy pada periode September 2018.

Sejumlah bank yang dihubungi Kontan.co.id mengakui di kuartal IV-2018, pertumbuhan aset cenderung melambat. 

PT Bank Dinar Internasional Tbk misalnya yang sampai dengan Oktober 2018 mencatatkan total aset sebesar Rp 2,35 triliun atau menyusut 1,55% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 2,38 triliun.

Direktur Utama Bank Dinar Hendra Lie mengatakan ada beberapa faktor penyebab menurunnya aset perusahaan. Salah satunya, karena semakin ketatnya persaingan dengan bank besar di tengah tren suku bunga yang terus menanjak.

Belum lagi, perebutan dana pihak ketiga (DPK) dengan kompetitor pun kian memanas di kalangan perbankan. Dus, agar tetap bisa mempertahankan pertumbuhan DPK, pihaknya terpaksa mengerek tingkat suku bunga simpanan.

Hasilnya tidak begitu manis, per Oktober 2018 total DPK Bank Dinar hanya mampu dijaga stagnan sebesar Rp 1,8 triliun. Kendati aset menurun, bank bersandi emiten DNAR ini mengatakan posisi tersebut masih sejalan dengan target perusahaan. "Posisi aset per Oktober 2018 Rp 2,35 triliun. Masih (on track)," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (13/11).

Beberapa faktor yang membuat Bank Dinar tetap percaya diri akan pertumbuhan aset antara lain terkait rencana merger dengan Bank Oke yang diharapkan rampung tahun ini.

"Saat ini kami sedang mempersiapkan merger dengan Bank Oke, target kami legal untuk merger tetap di tahun ini. Perlu persiapan pada semua tahapan," ungkapnya. 
Sementara itu, PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara (Bank Sumut) juga mencatatkan total aset menurun pada bulan Oktober 2018.

Sekretaris Perusahaan Bank Sumut Syahdan Siregar mengungkapkan total aset Bank Sumut per Oktober 2018 mencapai Rp 32,8 triliun atau turun secara yoy sebesar 7,14%. Menurutnya, penurunan aset tersebut disebabkan oleh permintaan kredit yang melambat. 

"Aset kami turun di kredit, kalau untuk DPK kami masih stabil. Permintaan kredit yang lamban," katanya. 

Memang per September 2018 lalu kredit Bank Sumut baru tumbuh 6,13% yoy menjadi Rp 21,1 triliun.

Meski begitu, sampai dengan akhir tahun ini Syahdan optimistis setidaknya bisa mencapai Rp 31,07 triliun. Memakai asumsi total aset Bank Sumut di akhir Desember 2017 lalu, artinya Bank Sumut menarget aset tumbuh 7,39% secara yoy tahun ini.

Salah satunya didorong dari prediksi akan derasnya pertumbuhan DPK Bank Sumut lantaran akan masuknya dana proyek pemerintah ke rekening simpanan di Bank Sumut. "DPK akan tumbuh, di akhir tahun DPK biasanya sangat tinggi dari pencairan dana proyek Pemerintah atau pembayaran proyek masuk ke rekening tabungan," ungkapnya.

Namun, ada juga bank kecil yang asetnya masih tetap tumbuh paling tidak di kuartal III 2018. PT Bank Mayora misalnya membukukan aset sebesar Rp 6,09 triliun atau naik 8,43% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 5,62 triliun.

Direktur Utama Bank Mayora Irfanto Oeij menilai, sebenarnya pertumbuhan aset bank sangat berkaitan dengan pencapaian pertumbuhan kredit dan DPK. "Untuk Bank Mayora pertumbuhan DPK kami lebih dikarenakan adanya penyesuaian dengan penyaluran kredit untuk menjaga efisiensi bank," ujarnya.

Sampai akhir tahun, pihaknya optimistis total aset dapat didongrak hingga mencapai Rp 6,2 triliun atau tumbuh stagnan alias 2,64% secara yoy. "Proyeksi aset tahun ini berkisar Rp 6,2 triliun dan untuk proyeksi pertumbuhan aset tahun depan masih dalam pembahasan RBB," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×