kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Potensi besar, BNI targetkan volume transaksi remitansi tumbuh di atas 20% tahun ini


Senin, 28 Januari 2019 / 19:29 WIB
Potensi besar, BNI targetkan volume transaksi remitansi tumbuh di atas 20% tahun ini


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) melihat bisnis remitansi atau pengiriman uang dari pekerja Indonesia di luar negeri masih sangat prospektif. Tahun ini, bank pelat merah ini menargetkan volume transaksi bisnis remitansi tumbuh di atas 20%.

Target tersebut lebih tinggi dari realisasi tahun 2018 yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 14,2%. Dengan target pertumbuhan transaksi tersebut, BNI mengharapkan kontribusi remintasi ke fee based income alias pendapatan komisi mereka juga ikut terkerek.

"Tahun 2018, remitansi menyumbang fee based income sebesar 3,2% dari total fee based income BNI yang terdiri dari fee komisi remitansi dan keuntungan forex. Maka pada tahun 2019 ditargetkan bisa tumbuh 17%," kata Direktur Tresuri dan Bisnis Internasional BNI Rico Rizal Budidarmo kepada Kontan.co.id, Senin (28/1).

Tahun lalu, BNI mencatatkan volume transaksi remitansi sebesar US$ 85,3 miliar. Menurut Rico, penyumbang terbesar terhadap bisnis remitansi tersebut berasal dari negara Malaysia, Saudi Arabia dan lainnya.

Guna meningkatkan volume transaksi dan juga kualitas layanan remitansinya di tahun 2019, BNI bergabung menjadi member eksklusif Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication-Global Payment Innovation (SWIFT GPI). Rico mengklaim BNI menjadi pionir atau bank pertama yang go live SWIFT GPI di Indonesia sejak 8 Januari 2019.

Melalui SWIFT GPI, BNI ingin meningkatkan layanan kepada nasabah, baik korporasi maupun ritel, yang membutuhkan layanan kiriman uang sesuai kebutuhan mereka. Kebutuhan terbesar nasabah adalah informasi mengenai keberadaan transaksi mereka serta kepastian waktu tempuh transaksi hingga sampai ke penerima.

Rico menyebut, dulu untuk menemukan transaksi kiriman uang harus melalui beberapa proses. Di antaranya harus menanyakan status transaksi kepada intermediary bank melalui MT 199 dan menunggu jawaban yang waktunya tidak dapat diketahui. Sementara dengan SWIFT GPI, bank dan nasabah dapat mengetahui dimana transaksi berada secara real time.

Sebagai pionir transaksi berbasis SWIFT GPI di Indonesia, BNI disebutnya akan terus mengembangkan sistem untuk memenuhi kebutuhan nasabah. “Tahap selanjutnya kami akan membangun aplikasi tracker transaksi SWIFT GPI yang dapat diakses oleh nasabah melalui gadget, jadi mereka bisa melakukan tracking transaksi pribadi langsung melalui ponselnya,” lanjut Rico.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×