kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sejalan defisit perdagangan, kredit impor sejumlah bank juga tumbuh tinggi


Rabu, 16 Januari 2019 / 20:33 WIB
Sejalan defisit perdagangan, kredit impor sejumlah bank juga tumbuh tinggi


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyaluran kredit ekspor impor sejumlah perbankan tahun 2018 masih mengalami pertumbuhan. Mereka mencatat pertumbuhan tertinggi terjadi di kredit untuk kegiatan impor dibandingkan ekspor.

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) misalnya lebih ditopang oleh kredit impor. Bank milik Grup Djarum ini membukukan penyaluran kredit impor sebesar Rp 6,1 triliun tahun 2018 atau melesat 70% secara tahunan. Sedangkan kredit ekspor mereka tercatat Rp 1,9 triliun atau tumbuh 46% secara year on year (yoy).

Jan Hendra, Sekretaris Perusahaan BCA mengungkapkan, pertumbuhan tersebut terutama didukung sektor bahan bangunan, besi konstruksi dan tekstil.

Menurut Jan, porsi eksposur kredit ekspor impor BCA masih kecil. Sebagian besar nasabah ekspor dan impor bank ini lebih memilih menggunakan fasilitas kredit modal kerja dibandingkan khusus perdagangan antara negera karena fleksibilitas yang ditawarkan.

Adapun PT Bank OCBC NISP Tbk mengalami hal yang sama. Kredit ekspor impor bank ini tumbuh di atas 10% per November 2018. 

Parwati Surjaudaja, Direktur Utama OCBC NISP mengatakan pertumbuhan tersebut lebih disokong dari kredit impor. Hanya saja dia tidak menyebutkan detail pertumbuhan masing-masing. "Nasabah bank ini untuk kredit impor perusahaan lebih tinggi daripada ekspor," katanya.

Menurut Parwati, sektor yang paling banyak menggunakan fasilitas kredit ekpor impor yang mereka tawarkan datang dari industri kimia dan plastik serta metal resources. Tahun ini, OCBC NISP menargetkan pertumbuhan kredit ekspor impor di atas 10%. Namun, porsi kredit ini masih belum terlalu besar terhadap portofolio perusahaan yakni di bawah 10%.

Sementara seperti diketahui, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia pada Desember 2018 tercatat defisit US$ 1,1 miliar. Sehingga total defisit neraca perdagangan sepanjang 2018 tercatat sebesar US$ 8,57 miliar.

Defisit tersebut merupakan yang terbesar sejak tahun 1975. Defisit tahun 2018 disebabkan defisit migas US$ 12,4 miliar yang utamanya didorong defisit minyak mentah dan hasil minyak, masing-masing sebesar US$ 4,04 miliar dan US$ 15,95 miliar. Sedangkan sektor non-migas surplus US$ 3,84 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×