kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis: Rights issue Asia Pacific Investama dan Verena Multifinance kurang menarik


Jumat, 19 Oktober 2018 / 13:58 WIB
Analis: Rights issue Asia Pacific Investama dan Verena Multifinance kurang menarik
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Willem Kurniawan | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Asia Pacific Investama Tbk (MYTX) berencana untuk melakukan penawaran umum dengan menerbitkan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue dalam jumlah sebanyak-banyaknya 7 miliar saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham.

Dalam pengumuman rights issue, MYTX menyebut akan menggunakan dana hasil penerbitan saham baru ini untuk pelunasan pinjaman yang dimiliki MYTX dan atau afiliasinya, penambahan kepemilikan saham di entitas anak dan/atau modal kerja.

"Pemegang saham yang tidak melaksanakan haknya akan terkena dilusi sebanyak-banyaknya 82,68%," ungkap MYTX dalam pengumuman rights issue.

Pemegang saham MYTX, yakni PT World Harvest Textile akan menyetor sebagian hak dengan menggunakan setoran selain uang, yakni dalam bentuk saham entitas anak. MYTX telah menandatangani perjanjian pengalihan saham pada 31 Agustus lalu dengan World Harvest Textile.

Menurut perjanjian, MYTX akan membeli seluruh saham yang dimiliki World Harvest Textile pada entitas anak sebesar 50,43% dari modal disetor dan ditempatkan. Nilai wajar yang akan dibeli ini adalah Rp 248,89 miliar.

Sementara PT Verena Multifinance Tbk (VRNA) menetapkan harga rights issue sebesar Rp 140 per saham. Dengan melepas 3,1 miliar saham, Verena akan meraup dana sebesar Rp 434,3 miliar. Pemegang saham yang tidak melaksanakan haknya, akan mengalami penurunan persentase kepemilikan maksimum 54,55%.Hasil rights issue ini akan digunakan untuk membeli 80% saham milik IBJ Leasing Co Ltd senilai Rp 214,3 sementara sisanya untuk modal kerja.

"Untuk kondisi market yang tertekan saat ini bukan saat yang tepat untuk melakukan rights issue," kata Mino, Analis Indo Premier Sekuritas, Kamis (18/10).

Namun itu kembali lagi kepada emiten dan investor. Mino bilang, jika harga tebus saham lebih murah dari harga pasar, maka investor bisa mempertimbangkan untuk membeli saham tersebut untuk menghindari terjadinya dilusi. Akan tetapi jika menjadi lebih mahal, lebih baik jangan ditebus. "Kurang menarik, lebih baik wait and see dulu aja," kata Mino.

Penyebab rights issue keduanya kurang menarik, untuk MYTX dengan melihat historikalnya yang sejak tahun 2012 masih rugi maka prospek bisnis dinilai masih belum membaik. Secara teknikal juga kurang menarik karena sahamnya tidak likuid.

Tidak jauh berbeda, VRNA juga menunjukkan hal yang sama, yakni dalam tren penurunan terutama dari laba bersih. "Ini mengindikasikan bahwa manajemen VRNA belum mampu memberikan value terbaik kepada pemegang saham. Sementara MYTX prospek bisnisnya cukup meragukan, sejak tahun 2012 belum sekalipun mencatatkan laba bersih. Tetapi kalau dari sisi teknikal, VRNA cukup menarik karena dalam tren bullish," kata Mino.

Analis Panin Sekuritas, William Hartanto menilai, pelaksanaan rights issue keduanya adalah waktu yang baik, melihat dari kondisi pasar yang sudah mulai kondusif. "Untuk kedua saham tersebut, VRNA cukup bagus," kata William.

William bilang, ada dua strategi yang bisa dilakukan investor untuk rights issue tersebut. Pertama menjual sebelum terbit saham yang baru dan yang kedua hold saham VRNA untuk jangka panjang.

"Jika belum ada yang memiliki sahamnya, boleh masuk. Apalagi jika menyukai trading jangka pendek, ini adalah momen yang pas. Buy VRNA pada target harga Rp 140," tutup William.

Jumat (19/10) pukul 13.55 WIB, harga saham VRNA berada di Rp 116 per saham. Sedangkan harga saham MYTX berada di Rp 126 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×