kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI berjanji selalu menjaga rupiah


Selasa, 24 April 2018 / 12:00 WIB
BI berjanji selalu menjaga rupiah


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) kembali terjadi. Pekan lalu, kurs rupiah mendekati angka 14.000 per dollar AS. Tekanan rupiah diperkirakan akan kembali menguat pada kuartal II-2018 seiring dengan adanya musim pembagian dividen.

Selain dividen, salah satu sumber pelemahan rupiah disinyalir juga berasal dari kebutuhan dollar yang tinggi sejumlah perusahaan lokal untuk membayar utang. Berdasarkan data KONTAN, 100 perusahaan penggerak bursa menghabiskan US$ 1,25 miliar untuk membayar utang jatuh temponya.

Namun Bank Indonesia (BI) optimistis posisi rupiah tetap aman. Sebab, BI selalu di pasar untuk mengintervensi pergerakan nilai tukar rupiah. Selain itu, Indonesia juga baru mendapatkan kenaikan rating utang dari Moody’s. "Kita sering mengalami ini, dan kami lewati dengan baik," kata Agusman Zainal, Kepala Departemen Kebijakan Komunikasi BI, Senin (23/4).

Terkait dengan dividen dan lainnya, Agusman menegaskan hal itu rutin terjadi setiap tahun.  "Jadi, tidak terlalu kita khawatirkan, justru karena lebih faktor global. Ini di luar kuasa kita, ini yang perlu kami cermati secara bersama," jelas Agusman.

BI juga melihat kenaikan impor tidak berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah. "Current account deficit (CAD) di level 5,3% masih sehat dan aman. Indonesia sedang membangun (ekonomi), butuh impor, meski ekspor juga penting," kata Agusman.

Kepala Kajian Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia Febrio N Kacaribu melihat, dalam jangka pendek, BI akan mempertahankan rupiah di bawah 13.800. Ia juga melihat kemungkinan BI menaikkan suku bunga acuannya.

Namun, dia menilai kenaikan BI 7 days repo rate  tidak akan berdampak signifikan terhadap stabilitas rupiah. Intervensi langsung di pasar valas harus terus dilakukan. Intervensi ini yang paling efektif," terang Febrio.

Febrio menganalisis, kenaikan suku bunga acuan Federal Reserve (The Fed) sebanyak empat kali tahun ini sudah dianggap sebagai keniscayaan pasar. Namun begitu, aset rupiah masih cukup menarik dengan tingkat bunga US$ yang meningkat.

Inflasi yang relatif lebih stabil dan ekspektasi pertumbuhan yang lebih tinggi untuk 2018 menunjukkan fundamental ekonomi domestik berada pada posisi yang kuat. Modal ini penting dalam tahun pemilu seperti 2018 dan 2019. "Dengan besaran cadangan devisa, BI juga seharusnya mampu mengelola tekanan eksternal pada rupiah sepanjang tahun 2018 terutama melalui intervensi nilai tukar secara langsung di pasar," papar Febrio.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×