kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonom: Tingginya komposisi asing di pasar SBN bagai pisau bermata dua


Rabu, 26 Juni 2019 / 19:51 WIB
Ekonom: Tingginya komposisi asing di pasar SBN bagai pisau bermata dua


Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor asing masih gencar masuk ke pasar obligasi pemerintah Indonesia dalam beberapa waktu terakhir. Namun, tingginya nilai kepemilikan asing juga perlu mendapat perhatian lebih dari pemerintah.

Berdasarkan data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemkeu, nilai kepemilikan asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) telah mencapai Rp 984,24 triliun per 25 Juni lalu. Angka ini naik Rp 34,68 triliun dibandingkan akhir bulan lalu. Lantas, komposisi investor asing kini mencapai 38,98% dari total outstanding di pasar SBN.

Head of Economic & Research UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja mengatakan, tren kenaikan kepemilikan asing di pasar SBN bagaikan pisau bermata dua.

Di satu sisi, hal ini menunjukkan tingkat kepercayaan yang tinggi dari investor asing terhadap pasar obligasi Indonesia. Apalagi, pemerintah Indonesia juga sangat terbuka dengan aliran modal dari asing.

“Dana dari investor asing terbukti membantu pembiayaan negara sekaligus menstabilkan nilai tukar rupiah,” ungkap dia, Rabu (26/6).

Namun, di sisi lain perlu diwaspadai juga bahwa komposisi investor asing di pasar SBN sudah hampir 40%. Angka tersebut terbilang tinggi dan bisa menjadi boomerang bagi Indonesia mengingat dana asing di pasar SBN mayoritas bersifat hot money. 

Artinya, ketika kondisi global berubah menjadi negatif, investor asing bisa saja pergi.

“Padahal di Thailand komposisi investor asing di pasar obligasi pemerintahnya hanya sekitar belasan persen,” kata Enrico.

Menurutnya, ketergantungan terhadap investor asing tidak bisa dilakukan terus-menerus. Pendalaman pasar obligasi juga harus terus dilakukan. Tak hanya di pasar obligasi negara, melainkan juga korporasi.

Misalnya dengan mendorong lebih banyak perusahaan untuk menerbitkan obligasi korporasi. Pemerintah juga bisa memperbanyak suplai obligasi yang bisa dimaksimalkan investor domestik, termasuk dari kalangan ritel.

Selain itu, perbaikan ekonomi secara struktural juga mesti terus dilakukan. Apalagi, Indonesia masih memiliki masalah dengan data current account deficit (CAD). 
Perbaikan CAD diyakini akan membuat investor asing tidak mudah keluar dari pasar SBN kendati kondisi global diliputi ketidakpastian.

Terlepas dari itu, Enrico menilai, peluang investor asing untuk terus masuk ke pasar SBN masih sangat terbuka. Hal ini didukung pula oleh tren penurunan yield Surat Utang Negara (SUN).

Pada Rabu (26/6), yield SUN seri acuan tenor 10 tahun berada di level 7,40%. Angka ini sebenarnya naik dibandingkan posisi sehari sebelumnya di level 7,39%. Namun, bila dibandingkan akhir bulan lalu, yield SUN jelas menunjukkan tren penurunan.

Tak hanya itu, daya tarik SUN bertambah lantaran spread dengan yield US Treasury masih atraktif. Saat ini, yield US Treasury tenor 10 tahun berada di level 2,02%. Dengan begitu, spread antara yield SUN dan US Treasury tercatat sebesar 538 bps.

Enrico berpendapat, spread seperti itu masih ideal untuk mendorong investor asing masuk ke pasar SBN. “Pernah di tahun 2013 spread obligasi Indonesia dan AS mencapai 800 bps dan itu masih cukup normal,” terangnya.

Hal yang penting untuk dicermati adalah ketika suku bunga acuan benar-benar turun, Indonesia mesti memiliki stimulus lainnya agar daya tarik SUN tetap terjaga di mata investor asing.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×