kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonomi membaik, ekspor Indonesia ke China juga meningkat


Kamis, 18 April 2019 / 15:12 WIB
Ekonomi membaik, ekspor Indonesia ke China juga meningkat


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonomi China tumbuh 6,4% di kuartal I-2019. Hal ini utamanya didorong oleh produksi industri yang melonjak 8,5% secara tahunan pada Maret 2019. Pertumbuhan tertinggi dalam 4,5 tahun terakhir.

Dari data Indonesia, perbaikan kondisi ekonomi negeri tirai bambu tersebut tercermin dari kenaikan nilai ekspor yang cukup tinggi ke China.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat secara bulanan, pada Maret 2019 ekspor non-migas ke China naik US$ 437,3 juta. Angka tersebut merupakan pertumbuhan ekspor tertinggi, yang kemudian disusul ke Filipina dan Jepang. 

Sementara itu, nilai ekspor ke China pada Januari-Maret 2019 mencapai US$ 5,24 miliar atau setara 14,12% dari keseluruhan total nilai ekspor Indonesia.

"Ini sejalan dengan peningkatan produksi di China, kenaikan juga terjadi pada ekspor bahan bakar mineral," jelas Ekonom Asia Development Bank Institute (ADBI) Eric Sugandi saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (18/4).

Dampaknya, neraca perdagangan Indonesia diprediksi akan membaik meskipun tidak menutup kemungkinan masih mengalami defisit.

"Dengan angka surplus di Februari dan Maret 2019, jika terjadi defisit full year-nya akan lebih kecil dari tahun lalu," imbuh dia.

Kendati angka pertumbuhan ekonomi China membaik, berdasarkan analisis Eric, masih akan melambat untuk keseluruhan tahun. Hanya saja perlambatannya mungkin akan mengecil. 

Sedangkan IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi China 6,3% tahun ini. Melambat bila dibanding tahun lalu yang tercatat tumbuh 6,6%.

Di China pertumbuhan ekonomi menuju new normal 6%. Awalnya berdasarkan kebijakan untuk mengubah mesin utama pertumbuhan dari investasi dan ekspor ke konsumsi. Ini seiring dengan meningkatnya jumlah kelas menengah serta keinginan mencapai pertumbuhan yang sustainable dengan menjaga lingkungan hidup.

"Awalnya pemerintah China menargetkan new normal di 7%," jelas Eric.

Namun perlambatan terjadi lebih dalam karena adanya kelebihan produksi barang di China, kredit perbankan yang bermasalah dan melemahnya permintaan global karena perang dagang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×