kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investor obligasi bisa merugi ketika suku bunga tinggi, ini sebabnya


Rabu, 21 November 2018 / 20:30 WIB
Investor obligasi bisa merugi ketika suku bunga tinggi, ini sebabnya
ILUSTRASI. ilustrasi Suku Bunga, Jakart


Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Era suku bunga acuan tinggi telah dimulai sehingga berpotensi mengerek kupon obligasi korporasi. Peluang investasi pada instrumen tersebut pun tetap menarik walau dengan sejumlah catatan.

Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Ahmad Mikail menuturkan, potensi naiknya kupon obligasi korporasi akibat tingginya suku bunga acuan tentu tak bisa dihindari. Namun, sebenarnya hal ini menjadi peluang bagi investor untuk berinvestasi di obligasi korporasi.

Ia berkaca pada Obligasi Berkelanjutan III WOM Finance Tahap I Tahun 2018 yang mulai ditawarkan pada hari ini (21/11). Obligasi ini terdiri dari tiga seri, salah satunya adalah seri A yang bertenor 370 hari dengan indikasi kupon di kisaran 8,5%-9,25%.

Obligasi tersebut dinilai cukup menarik bagi para investor. Apalagi, obligasi tersebut diganjar dengan peringkat AA- dari Fitch Ratings Indonesia yang setara dengan peringkat idA dari PT Pefindo sehingga risikonya lebih kecil.

Lebih lanjut, potensi naiknya kupon obligasi korporasi akibat peningkatan suku bunga acauan membuat instrumen tersebut bisa digunakan investor untuk mengamankan dananya.

Dalam hal ini, jika investor memiliki dana menganggur hasil dari pencairan obligasi yang telah jatuh tempo, dana tersebut bisa diinvestasikan di obligasi korporasi tenor pendek atau di bawah satu tahun. “Kupon obligasi tenor kurang dari satu tahun lebih tinggi ketimbang SUN bertenor serupa,” terang Mikail, Rabu (21/11).

Selain itu, obligasi korporasi juga bisa difungsikan sebagai alat diversifikasi portofolio bagi para investor, terutama jika investor yang bersangkutan telah memiliki instrumen Surat Utang Negara (SUN). Kelebihan obligasi korporasi berupa pergerakan harga yang stabil membuat instrumen ini bisa menutupi potensi risiko volatilitas harga yang dimiliki oleh SUN.

Senior VP & Head of Investment Recapital Asset Management, Rio Ariansyah menuturkan, bagi investor yang berorientasi hold to maturity, tren kenaikan suku bunga acuan bukan masalah besar. Investor tersebut tetap bisa berinvestasi, baik di obligasi korporasi tenor pendek maupun tenor panjang.

Sebaliknya, jika investor yang bersangkutan sewaktu-waktu ingin menjual unit yang dimilikinya di pasar sekunder, ada baiknya obligasi korporasi yang dipilih adalah seri-seri bertenor pendek atau maksimal satu tahun.

Pasalnya, tren kenaikan suku bunga acuan masih bisa terjadi hingga tahun depan. Dengan demikian, kupon obligasi korporasi masih berpeluang naik di masa mendatang. Investor pun berpotensi mengalami kerugian harga ketika melakukan penjualan di pasar sekunder, walaupun volatilitas harga obligasi korporasi tidak sama dengan SUN.

“Risiko penurunan harga yang lebih dalam akan terjadi pada seri-seri obligasi korporasi tenor panjang,” kata Rio, hari ini.

Maka dari itu, investor berorientasi trading sebaiknya memburu obligasi korporasi ketika tren kenaikan suku bunga acuan berakhir, atau bahkan ketika suku bunga acuan berbalik arah. Dengan begitu, investor berpeluang memperoleh harga awal yang lebih tinggi ketimbang posisi harga di waktu sekarang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×