kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Juragan katering makan siang karyawan


Jumat, 17 Agustus 2018 / 08:00 WIB
Juragan katering makan siang karyawan
ILUSTRASI.


Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Perdagangan elektronik alias e-commerce bukan dunia baru buat Andy Fajar Handika. Selepas lulus kuliah tahun 2004, pendiri Kulina, startup penyedia layanan pesan dan langganan katering makan siang, ini membuka toko online yang menawarkan berbagi kerajinan khas Yogyakarta.

Ketika itu, lulusan Ilmu Komputer Universitas Gadjah Mada (UGM) ini menggandeng temannya yang jago fotografi untuk jualan kerajinan. “Saya ajak dia memotret barang-barang kerajinan di Bantul, lalu fotonya saya pajang di situs. Kalau ada yang pesan, baru saya ambil barangnya ke perajin, jadi kayak makelar,” kata Andy.

Awal 2016, pria kelahiran 2 April 1981 ini meluncurkan Kulina, pertama dan hingga saat ini satu-satunya situs pesan dan langganan katering makan siang dengan konsep marketplace di Indonesia. “Situs pesan dan langganan katering bermodel bisnis sama dengan Kulina belum ada,” ujar dia.

Saat ini, saban hari Kulina mengantarkan sedikitnya 5.000 boks makan siang ke lebih 2.000 alamat di Jakarta. Ribuan boks itu berasal dari 12 perusahaan katering yang menjadi mitra startup yang terpilih untuk mengikuti Google Launchpad Accelerator edisi ke-5 ini.

Andy menolak mengungkap pendapatan Kulina. Yang jelas, dia memastikan, dalam dua tiga bulan ke depan, perusahaannya sudah bisa menghasilkan laba. Jadi, pendapatan lebih besar dari pengeluaran bulanan.  

Sebelum membangun Kulina, Andy sudah lebih dulu malang melintang di bisnis kuliner. Ia mulai mencicipi usaha ini pada 2004 dengan mendirikan kedai kopi di Yogyakarta tapi gagal. Lalu, masuk ke usaha angkringan namun tutup juga.

Bisnis kulinernya mulai moncer setelah membuka pusat jajanan serba ada (pujasera) atawa food court pada 2007, dengan nama FoodFezt di Jogja. “Kami salah satu pionir yang melakukan proses pemesanan makanan secara digital dengan alat PDA (personal digital assistant) yang langsung terhubung ke dapur,” imbuh Andy yang pernah bekerja sebagai penjaga warung internet (warnet) semasa kuliah dulu.

Tidak cuma itu, melalui inovasi bertajuk FoodFezt Integrated Kitchen System (FIKS) tersebut, Andy keluar sebagai Terbaik II Wirausaha Mandiri 2010 kategori Boga Kelompok Pascasarjana yang digelar Bank Mandiri. Saat itu, dia berstatus sebagai mahasiswa Magister Manajemen (MM) UGM.

Bisnis kulinernya pun menggurita. Selain FoodFezt, ia berkongsi dengan Bondan Winarno membuka Kopitiam Oey. “Saya sempat mengelola empat restoran di Jogja pada 2015, termasuk restoran Korea,” ujarnya.

Algoritme khusus

Di 2015, Andy melihat potensi layanan pengantaran (delivery) makanan yang besar di Jogja. Tambah lagi, kecenderungan bisnis kuliner mulai ke arah digital. Tahun itu juga dia pun merilis situs layanan pengantaran makanan untuk keempat usaha kulinernya dengan bendera makandiantar.com.

Setelah melakoni layanan pengantaran makanan digital, dia melihat potensi bisnis kuliner tanpa harus punya dapur sendiri juga besar. “Negara kita juga sudah mulai masuk era startup,” tambah Andy.

Pertengahan 2015, ia pun membangun perusahaan rintisan yang kelak bernama Kulina. Kebetulan ketika itu, temannya yang tinggal di Jakarta, Andy Hidayat mengajaknya bekerjasama. “Dia memiliki kemampuan dalam sudut pandang konsumen, sementara saya sendiri cukup paham dalam sudut pandang produsen,” jelas Andy.

Konsep awal Kulina, ia menuturkan, sesederhana menghubungkan orang yang ingin jualan makanan tanpa harus punya restoran dengan pembeli tanpa harus pergi ke restoran.

Nama Kulina berasal dari bahasa Jawa yang berarti terbiasa, bahasa Latin yang artinya dapur, dan kata kuliner yang punya arti makanan. “Inginnya, Kulina adalah sebuah layanan tentang makanan yang jadi kebiasaan orang,” jelas Andy.

Kulina pun meluncur pada awal 2016. Ada 40 mitra dapur yang menjalin kongsi dengan mereka. Kebanyakan belum pernah berjualan makanan, tapi mempunyai kemampuan memasak. “Satu dua bulan pertama, pesanan yang masuk hanya satu dua kotak per hari, tidak seperti yang diharapkan,” kata Andy yang juga Chief Executive Officer (CEO) Kulina.

Penyebabnya, dia membeberkan, tidak ada konsistensi rasa. Hari ini makanan bisa enak, besok belum tentu. Selain itu, Kulina belum punya standardisasi pengemasan. Jadi, ada dapur yang mengemas makanan dalam kotak kardus, ada juga dengan kotak styrofoam.

Kulina juga belum memiliki standardisasi menu. Mereka masih menyerahkan menu kepada pemilik dapur. Jadi, mitra bebas menawarkan menu makan siang ke konsumen.

Akhirnya, Andy melakukan standardisasi menu dan kemasan. Semua menu hari itu sama meski dapur yang mengolah berbeda. Kemasannya juga seragam.

Kemudian, Kulina memutuskan menggandeng pelaku usaha katering sebagai mitra dapur. “Semua proses itu butuh waktu berbulan-bulan. Habis itu, kami bisa dapat ratusan pesanan per hari,” ujar Andy. Dia menambahkan, Kulina juga memiliki tim yang mendesain menu yang juga beranggotakan ahli gizi atau nutrisionis.   

Terlebih, Kulina menggunakan algoritme khusus yang mampu membantu konsumen memilih dapur terdekat untuk mendapatkan makan siang. “Algoritme kami menghasilkan penurunan biaya logistik yang sangat signifikan, jadi kami tidak perlu membebani konsumen dengan tambahan ongkos kirim,” ungkap Andy. Dengan teknologi ini, satu pengantar bisa mendistribusikan hingga 50 kotak sekali jalan.

Itu sebabnya, Kulina membuka harga paket makan siang Basic hanya seharga Rp 20.000-an per boks dan Deluxe Rp 30.000-an, sudah termasuk ongkos kirim. Memang, awalnya mereka memberi subsidi harga, tapi sekarang tidak lagi.

Harga paket makan siang juga bisa murah lantaran Kulina bekerjasama dengan pemasok bahan baku yang akan menyuplai ke semua dapur. Misalnya, daging ayam, daging sapi, tahu, dan beras. Sehingga, dia bisa mendapat harga lebih murah.

Program Google

Seiring bisnis Kulina yang membesar, Andy pun menjual empat restorannya di Jogja pada akhir 2016. “Fokus penuh di Kulina,” ucap Andy.

Dan, setelah satu tahun mengandalkan modal dari kantong sendiri, Kulina mulai mengantongi pendanaan dari investor awal 2017. Yang menyuntikkan dana: Monk’s Hill Ventures, East Ventures, Coffee Ventures. Total mencapai US$ 700.000 (Rp 9,8 miliar).

Awal 2018 lalu, Kulina terpilih mengikuti program Google Launchpad Accelerator, acara yang diadakan Google setiap enam bulan sekali. Google Launchpad Accelerator berupa bootcamp program yang memberikan kesempatan bagi para peserta untuk mendapatkan mentoring dari tim Google dan mentor ahli dari perusahaan teknologi dan venture capital yang bermarkas di Silicon Valley, Amerika Serikat.

Kulina sebagai wakil satu-satunya dari Indonesia yang maju ke Google Launchpad Accelarator Batch 5. “Kami dikumpulkan dalam satu tempat dengan 23 startup lain dari seluruh dunia di kantor pusat Google di Amerika Serikat,” kata Andy.

Sejatinya, Kulina mengajukan proposal untuk Google Launchpad Accelarator Batch 4 tetapi ditolak. Cuma, Google kemudian mengundang Kulina untuk kembali mendaftar buat Batch 5.

“Mereka melihat kami ada pertumbuhan users (pengguna). Tapi yang terutama, mereka melihat Kulina menggunakan teknologi pemecah solusi, enggak cuma teknologi canggih saja. Dan, mereka juga melihat teknologi itu digunakan untuk sektor makanan sebagai sesuatu yang unik,” jelas Andy. Hanya, tak seperti program-program sebelumnya, Kulina tidak mendapatkan bantuan pendanaan sebesar US$ 50.000.

Ke depan, Kulina akan ekspansi ke daerah-daerah di sekitar Jakarta, seperti Depok, Tangerang, dan Bekasi. Mereka belum berencana keluar dari Ibu Kota RI karena pasar Jakarta saja masih sangat besar. “Kami mengincar karyawan yang bekerja di gedung-gedung bertingkat,” sebut Andy.

Untuk menambah pilihan menu, Kulina ada rencana menyediakan aneka makanan ringan. Mereka akan menggandeng pembuat kudapan yang tidak mainstream dan belum banyak dikenal tapi punya citarasa yang enak lagi khas.

Dengan ekspansi dan tambahan menu itu, Andy menargetkan, angka pemesanan meningkat jadi dua kali lipat, yakni sekitar 10.000 boks sehari. Untuk menjamin makanan tetap segar sampai di tangan pelanggan, Kulina tetap menjanjikan: proses pengantaran dari dapur tidak boleh lebih dari dua jam dan sampai sebelum jam 12 siang. “Lewat jam 12, pelanggan tidak perlu bayar, makan siang gratis,” jamin Andy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×