kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

KAI evaluasi layanan Commuter Jabodetabek


Minggu, 07 Juli 2013 / 19:45 WIB
KAI evaluasi layanan Commuter Jabodetabek
ILUSTRASI. Batasi 5 Makanan Ini Penyebab Munculnya Jerawat


Reporter: Fahriyadi | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Sebulan setelah penerapan tiket elektronik (e-ticketing) untuk kereta rel listrik (KRL) Commuter Jabodetabek berjalan, kini muncul masalah baru. Diantaranya adalah, hilangnya tiket elektronik sampai antrean penumpang yang mengganggu kenyamanan.

Namun, PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) mengaku akan melakukan evaluasi guna memperbaiki layanan tersebut. "Penumpang yang secara reguler naik KRL diimbau untuk membeli kartu multi trip dan tak lagi menggunakan kartu single trip, tujuannya untuk mengurangi antrean di loket setiap harinya," ujar Direktur Utama PT KAI, Ignasius Jonan, Minggu (7/7).

Menurutnya, secara teori sistem elektronik tujuannya mempermudah transaksi bukan sebaliknya. Sekadar informasi, sejak diterapkan sistem e-ticketing awal Juni lalu, serta pemberlakuan tiket tarif progresif membuat penumpang kereta commuter melonjak 15%-20%.

Direktur Utama PT KAI Commuter Jabodetabek, Tri Handoyo bilang, jumlah penumpang kereta commuter Jabodetabek saat ini menembus 503.000 penumpang per hari dari sebelumnya 450.000 penumpang per hari.

Hingga akhir tahun ini, Tri menargetkan, penumpang bisa tembus 600.000 penumpang per hari. Akan tetapi, dia mengakui, banyak kelemahan yang masih terjadi sehingga banyak terjadi penyimpangan di lapangan, salah satunya adalah hilangnya 700.000 kartu e-ticketing untuk single trip.

Alhasil dengan kartu yang tercetak sebanyak 1,1 juta kartu, maka kini yang tersisa hanya 400.000 kartu. Jonan menambahkan, hilangnya kartu single trip ini diluar perkiraannya. Ia bilang kerugian PT KAI atas hilangnya kartu itu hanya sekitar Rp 3 miliar.

Namun, menurutnya kerugian yang besar bukan pada materinya, melainkan pengadaan baru kartu tersebut yang membutuhkan waktu yang panjang yakni dua sampai tiga bulan. Ia menguraikan, kartu yang hilang ini disebabkan kurangnya PT KAI meningkatkan ketertiban operasional.

"Kami mensinyalir kebiasaan penumpang yang keluar lewat rel untuk langsung ke jalan raya dan tak lagi menggunakan pintu elektronik (electronic gate)," jelas Jonan. Antisipasi kini sudah disiapkan, Tri mengatakan, pihaknya akan menambah 600 petugas di berbagai stasiun. Selain itu pintu darurat dan jalur keluar ilegal akan ditutup untuk menghindari hal tersebut terus berlanjut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×