kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%
FOKUS /

Menanti akhir perang Rothschild vs Bakrie


Kamis, 18 Oktober 2012 / 01:27 WIB
Menanti akhir perang Rothschild vs Bakrie
ILUSTRASI. Jika Anda kerap bepegian dengan maskapai Garuda Indonesia, ada ketentuan bagasi yang perlu diperhatikan. ANTARA FOTO/Ampelsa/wsj.


Reporter: Barratut Taqiyyah, Ruisa Khoiriyah, Astri Kharina Bangun, Amailia Putri Hasniawati, Dyah Ayu Kusumaningtyas, Narita Indrastiti | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Pemegang saham dan investor Bumi Plc, PT Bumi Resources Tbk (BUMI), dan PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) berdebar-debar menanti hasil perseteruan antara Nathaniel Rothschild dengan Grup Bakrie. Sebab, hal itu akan mempengaruhi nilai investasi mereka di perusahaan ini.

Seperti yang diketahui, belakangan, harga saham Bumi Plc London dan dua anak usahanya di Indonesia –BUMI dan BRAU- bergerak bak roller coaster. Mari kita lihat pergerakan ketiga saham ini pada periode 3 Januari-15 Oktober 2012.

Saham Bumi Plc, misalnya. Sejak awal tahun 2012, harga saham Bumi Plc terus tergerus. Sepanjang tahun ini, level tertinggi harga saham BUMI Plc berada di level 902 sen poundsterling per 19 Januari 2012. Namun, sejak saat itu, harganya terus tergerus. Bahkan, saham perusahaan yang tercatat di bursa London ini sempat menyentuh level 147,10 sen poundsterling pada 27 September 2012. Pada penutupan bursa 15 Oktober lalu, harga saham Bumi Plc  tercatat di level 245,30 sen poundsterling.

Pergerakan serupa juga terlihat pada pergerakan saham BUMI. Pada 2 Februari 2012, saham BUMI berada di level tertinggi tahun ini di posisi Rp 2.600. Lantas, harga saham BUMI anjlok dalam hingga menyentuh posisi Rp 630. Pada 15 Oktober, saham BUMI berada di level Rp 710.

Bagaimana dengan saham BRAU? Setali tiga uang, saham BRAU juga memiliki tren pergerakan yang sama. Di sepanjang tahun ini, harga saham tertinggi BRAU tercipta di level Rp 590. Namun sejak saat itu pergerakannya terus menurun hingga ke posisi Rp 147 pada 9 Oktober 2012 lalu. Per 15 Oktober, harga saham BRAU berada di level Rp 240.

Pergerakan fluktuatif ketiga saham ini bukan tanpa alasan. Ada sejumlah isu penting yang mempengaruhi pergerakan harga saham perusahaan. Yang terheboh adalah tudingan dugaan penyelewengan keuangan yang dilakukan BUMI dan BRAU oleh Bumi Plc pada akhir September lalu. Terkait hal ini, Bumi Plc menyatakan sudah membentuk tim investigasi independen untuk menyelidiki keuangan BUMI. "Tim ini akan langsung melaporkannya ke jajaran direksi Bumi Plc," jelas manajemen Bumi Plc pada Senin (24/9).

Selain itu, perusahaan juga akan meminta bantuan pihak berwenang di Inggris dan Indonesia terkait penyelidikan tersebut. Manajemen Bumi Plc juga menegaskan, penyelidikan akan fokus pada dana pengembangan BUMI dan aset di BRAU.

Salah satu fokus penyelidikan adalah dana pengembangan BUMI. Dana pengembangan di Bumi Resources dan satu aset pengembangan di Berau Coal Energy turun ke angka nol dalam neraca Bumi Plc per tanggal 31 Desember 2011, kecuali satu investasi dengan nilai US$ 39 juta yang tercantum dalam laporan keuangan konsolidasi perusahaan.

Rincian tuduhan penyelewangan dana BUMI & BRAU

Namun, pihak BUMI membantah tudingan Bumi Plc tersebut. Manajemen Bumi Resources bilang, tuduhan Bumi Plc pimpinan Nathaniel Rothschild dan pembocoran masalah ini ke ruang publik merupakan upaya untuk menghancurkan perusahaan tambang batubara itu di Indonesia.

"Situasi saat ini sangat disayangkan dan ini merupakan isu internal antar beberapa pemegang saham yang akhirnya memilih untuk mempublikasikannya melalui media dengan motif yang dipertanyakan hingga saat ini," jelas Direktur BUMI Dileep Srivastava melalui email kepada Bloomberg. Sayang, Dileep tidak menyebut jelas siapa pihak yang dia maksud dan motifnya.

Bermula dari surat Rothschild

Sebenarnya, bukan kali ini saja Bumi Plc berseteru dengan Grup Bakrie. Sejak memutuskan berkoalisi pada tahun lalu, ada saja perseteruan yang menyebabkan hubungan antar dua konglomerasi London dan Indonesia ini merenggang.

Jika mengingat lagi kejadian setahun ke belakang, konflik bermula pada pemberitaan Financial Times, pada November 2011. Pada waktu itu diberitakan, Nathaniel Rothschild, pemilik 11% saham Bumi Plc sekaligus mitra kongsian Grup Bakrie, sempat menulis surat kepada Ari Hudaya. Isinya kurang lebih mempertanyakan penempatan dana investasi Bumi Resources di sejumlah pihak yang terafiliasi, yakni Recapital, Bukit Mutiara, dan Chateau, senilai kurang lebih 867 juta dollar AS.

Singkatnya, kronologis perseteruan antara Rothschild versus Bakrie dapat dilihat dalam rangkuman di bawah ini:



Yang perlu dicatat, ada dua alasan besar yang mendasari Bakrie ingin bercerai dari Bumi Plc. Pertama, sejak bergabung dengan Bumi Plc tahun 2009 lalu, kondisi bursa di London dan Eropa terus menurun. Sehingga, kondisi ini sangat merugikan perusahaan karena harga saham Bumi Plc tidak mencerminkan asetnya yang sangat bagus di Indonesia, yaitu BUMI dan BRAU.

Menurut manajemen Grup Bakrie, alasan kedua adalah kongsi dengan Nathanael Rothschild justru memberikan dampak buruk bagi perusahaan. "Sudah dua kali Rothschild melakukan tindakan yang sangat merugikan Bumi Plc serta grup Bakrie," Christopher Fong, Vice President Bakrie Group.

Misalnya saja, pada Oktober tahun lalu, Rothschild mengirimkan surat terbuka melalui media massa kepada Ari S. Hudaya (waktu itu CEO Bumi Plc) mengenai tata kelola perusahaan. Tindakan itu sangat tidak etis dan merugikan Bumi Plc karena berdampak pada penurunan harga saham perusahaan di bursa London.

Fong melanjutkan, hal yang sama kembali dilakukan Rothschild belum lama ini dengan keluarnya rencana audit investigasi terhadap BUMI dan BRAU ke media massa tanpa melalui pembahasan secara menyeluruh di internal Bumi Plc. Hal itu yang kemudian menjatuhkan harga saham Bumi Plc, BUMI dan BRAU. Padahal, semua informasi sudah diketahui oleh direksi Bumi Plc.

“Berbagai tindakan yang dilakukan oleh sebagian pemegang saham Bumi Plc sangat merugikan perusahaan dan terutama Grup Bakrie. Inilah yang membuat Bakrie akan meminta balik saham BUMI dan mengembalikan saham Bumi Plc,”  jelas Fong.   

Penukaran saham Bumi Plc dengan saham BUMI ditargetkan sudah selesai sebelum natal tahun ini.

Selain mengambil kembali saham BUMI, Grup Bakrie juga berencana untuk membeli 84,7% saham BRAU yang dikuasai oleh Bumi Plc. Transaksi ini ditargetkan sudah selesai sebelum 30 Juni 2013.

“Rencana Grup Bakrie ini merupakan pilihan terbaik untuk menyelamatkan aset-aset batubara terbesar dan terbaik di Indonesia,” tegas Fong.

Proposal yang diajukan Grup Bakrie kepada Bumi Plc menyisakan tanda tanya besar. Dari mana duit yang diperoleh Grup Bakrie agar dapat membeli sisa saham Bumi Plc di BUMI dan BRAU? Sebab, KONTAN menghitung, untuk menjalankan niatannya tersebut, Grup Bakrie setidaknya harus menyediakan dana tunai sebesar Rp 7,7 triliun.

Veteran yang bisa bertahan

Spekulasi pun beredar. Ada beberapa opsi yang dapat dilakukan Grup Bakrie untuk menggalang dana. Misalnya saja dengan menjual aset, pinjaman pihak ketiga, atau menerbitkan surat utang.

Namun, Janson Nasrial, Analis AM Capital, melihat Grup Bakrie akan sulit meraih utang baru. "Posisi utangnya sudah terlalu tinggi," kata dia. Janson menyarankan lebih baik kelompok usaha Bakrie menyelesaikan belitan utang yang nilainya luar biasa besar itu.
 
Nah, jika itu benar, salah satu opsi yang paling memungkinkan adalah melakukan penjualan aset. Salah seorang sumber Reuters membisikkan, saat ini, PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) tengah melakukan perundingan untuk menjual anak usahanya yang bergerak di bidang pembuatan pipa dengan nilai mencapai US$ 100 juta.

"Grup Bakrie menyadari bahwa mereka harus melunasi sebagian utang sebelum mendapatkan dana yang lebih besar. Namun, mereka bisa bertahan, mereka itu veteran tentara di dunia finansial. Mereka akan membayar utang yang ada dengan menual aset sebelum mengajukan utang yang baru," ujar sumber yang mengetahui detil masalah ini.

Dia menambahkan, BNBR akan mendapatkan dana senilai US$ 100 juta dari penjualan Bakrie Pipe dan menargetkan mampu melakukan refinancing utang lainnya senilai US$ 94 juta.

Asal tahu saja, Bakrie Pipe memproduksi pipa baja untuk perusahaan minyak dan gas. Saat ini, Bakrie Pipe menguasai 60% market share pasar domestik dengan kapasitas produksi 200.000 metrik ton.

"Grup Bakrie tidak akan menjual aset yang tercatat di Bursa Efek Indonesia untuk membayar utang, karena jika mereka membayarnya saat ini, mereka akan rugi besar," jelas sumber lainnya kepada Reuters.

Sebelumnya, BUMI juga pernah mengungkapkan bahwa perusahaan saat ini tengah mempertimbangkan untuk melakukan menambah jumlah saham yang beredar di pasar melalui rights issue. Aksi ini bisa diambil sebagai alternatif penggalangan dana (fund raising).

"Tidak tertutup kemungkinan kami melakukan rights issue. Bisa dengan cara preemptive rights (hak memesan efek terlebih dahulu/HMETD) atau normal rights issue," ungkap Direktur Utama BUMI Ari Hudaya, Selasa (2/10).

Ari Hudaya menuturkan, penambahan jumlah saham akan dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi pasar maupun minat investor. Namun, ia tidak memberikan detail lebih lanjut soal keinginan tersebut.

Rothschild vs Bakrie

Rupanya, pengajuan proposal oleh Grup Bakrie ini bukan merupakan puncak perseteruan kedua belah pihak. Senin (15/10), Rothschild memutuskan untuk keluar dari jajaran direksi Bumi Plc. Selain itu, Rotschild bersumpah akan terus "melawan dari luar perusahaan".

Dia pun melayangkan surat pengunduran dirinya (15/10) kepada Samin Tan, Chairman Bumi Plc. Isi surat itu antara lain:

"Saya khawatir bahwa saya telah kehilangan kepercayaan pada kemampuan jajaran direksi Bumi Plc. Para pemegang saham sudah diperlakukan tidak adil pada proposal senilai US$ 1,2 miliar yang diajukan oleh Bakrie untuk membatalkan perjanjian antara perusahaan yang tercatat di London terhadap dua perusahaan batubara Indonesia," jelas Rothschild.

Dia menegaskan, merupakan langkah yang tidak bijaksana jika Bumi Plc memproses penawaran tersebut atau bahkan mempertimbangkannya, mengingat saat ini tengah dilakukan investigasi mengenai dugaan penyelewengan keuangan yang dilakukan dua perusahaan yakni BUMI dan BRAU di Indonesia. Oleh sebab itu, dirinya berjanji untuk menolak proposal Bakrie.

"Saya sangat menyesal mengakui bahwa saya adalah pihak yang membawa Bakrie ke London," tulis Rothschild. Itu sebabnya, Rothschild bersumpah akan memperjuangkan nasib rekan investor lainnya dan akan berperang dari luar perusahaan.

Terkait pengunduran diri Rothschild, KONTAN sudah berupaya untuk meminta tanggapan dari pihak Grup Bakrie, salah satunya Dileep Srivastava. Namun, dia menolak berkomentar banyak. “Itu isu internal, kami tak bisa berkomentar,” katanya Selasa (16/10). Dia juga bilang, saat ini petinggi Grup Bakrie tengah mengadakan meeting di Jepang.

Sementara, Eddy Suparno, Direktur Keuangan BNBR tidak menjawab telpon dan pesan singkat yang dilayangkan KONTAN.

Namun kabarnya, nasib proposal yang diajukan Bakrie berada di tangan Samin Tan. Sebab, Samin Tan saat ini merupakan salah satu pengendali Bumi Plc dengan menguasai 23,8%. Itu sebabnya, suara Samin Tan sangat berpengaruh.

Hingga berita ini diturunkan, Samin Tan belum bisa dimintai konfirmasinya. Hanya saja, Kenneth Raymond Allan, Direktur Borneo Lumbung Energi, mengisyaratkan Samin Tan tetap bertahan di Bumi Plc. Dia juga tak keberatan dengan proposal Bakrie. "Dana dari Bakrie bisa digunakan untuk akuisisi strategis," ungkap Allan (KONTAN, 13 Oktober 2012).

Nah, bagaimana hasil akhir perseteruan dua konglomerasi dunia ini? Apakah Samin Tan akan mengabulkan proposal Bakrie, atau sebaliknya menolak proposal tersebut dan mendukung Rothschild? Hanya waktu yang bisa menjawabnya. Kita tunggu saja ya!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×